Nach Genre filtern
3839 - Shalat Ketika Safar
0:00 / 0:00
1x
- 3839 - Shalat Ketika Safar
Shalat Ketika Safar ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Kitab Shahihu Fiqhis Sunnah wa Adillatuhu yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Musyaffa Ad-Dariny, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 13 Syawal 1445 H / 22 April 2024 M.
Download kajian sebelumnya: Kapan Melakukan Sujud Sahwi?
Kajian Tentang Shalat Ketika Safar
Safar yang dimaksud dalam kajian ini adalah keluarnya seseorang dari daerahnya menuju ke tempat tertentu, yang perjalanan ini mencapai jarak tertentu yang jaraknya diperselisihkan oleh para ulama berapa jauhnya perjalanan itu.
Ketika seseorang melakukan Safar, maka disyariatkan baginya untuk mengambil keringanan qashar. Qashar adalah dengan dijadikannya shalat yang asalnya empat rakaat (dzuhur, ashar, isya) menjadi dua rakaat ketika sedang Safar (perjalanan jauh), baik dalam keadaan takut atau aman.
Para ulama sepakat bahwa qashar disyariatkan. Akan tetapi mereka memperselisihkan tentang hukum qashar, apakah dia keringanan yang wajib ataukah tidak wajib untuk diambil?
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Mari turut membagikan link download kajian tentang “Shalat Ketika Safar” penuh manfaat ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Jazakumullahu Khairan.
Tue, 23 Apr 2024 - 51min - 3838 - Perbuatan Mungkar yang Diriwayatkan oleh Kaum Sufi
Perbuatan Mungkar yang Diriwayatkan oleh Kaum Sufi ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 28 Ramadhan 1445 H / 08 April 2024 M.
Kajian tentang Perbuatan Mungkar yang Diriwayatkan oleh Kaum Sufi
Ini merupakan lanjutan dari kisah-kisah aneh yang seringkali dinukil dari kaum Sufi, di mana kisah-kisah tersebut sering kali terkesan konyol dan jauh dari nilai-nilai kebenaran syariat. Meskipun demikian, kisah-kisah ini tetap tertera dalam buku-buku mereka. Beberapa contoh perbuatan mungkar itu seperti meremehkan neraka, meremehkan siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahkan meremehkan surga dan hal-hal besar lainnya dalam agama.
Ibnu Jauzi mengatakan bahwa dalam uraian sebelumnya dijelaskan tentang banyaknya perbuatan dari kaum Sufi yang sebenarnya mungkar dalam tinjauan syariat. Beliau menyebutkan beberapa contoh perbuatan mungkar dan aneh tersebut, di antaranya:
Salah satu cerita adalah yang dituturkan oleh Abu Ja’far Al-Kuraiti mengatakan, “Suatu malam aku mengalami junub sehingga harus mandi. Udara malam itu terasa sangat dingin. Oleh karena itu, aku mendapati jiwaku ini begitu lamban dan lalai untuk segera melakukannya.
Kemudian jiwaku berbisik, ‘Andai kamu tidak mandi terlebih dulu hingga subuh tiba, air itu menjadi hangat bagimu. Ini pilihanmu, atau kamu harus masuk ke tempat pemandian sekarang juga. Apabila bukan pilihan pertama, berarti kamu telah membebani diri sendiri.’
Aku berkata, ‘Aneh sekali! Aku biasa bermuamalah dengan Allah sepanjang hidup ini. Oleh karena itu aku wajib melakukan segala sesuatu untukNya. Namun kini jiwaku tidak bersegera melaksanakannya, dan aku mendapati diri ini diam dan lamban serta menunda-nundanya. Maka, aku harus bersumpah bahwa aku tidak akan mandi kecuali di sungai, aku bersumpah tidak akan mandi kecuali dengan memakai pakaian tambalan ini, dan aku bersumpah bahwa aku tidak akan mengeringkan pakaian ini di bawah sinar matahari.'”
Demikianlah, atau seperti yang sufi itu ceritakan.
Ibnul Jauzi mengatakan bahwa Abu Ja’far Al-Kuraiti sengaja menuturkan kisah pribadinya untuk menunjukkan suatu perbuatan baik. Beberapa orang menukilkan ini untuk menjelaskan keutamaannya. Padahal amalan itu murni kejahilan dan kebodohan belaka. Karena ia sudah durhaka kepada Allah dengan amal yang dilakukannya tersebut.
Hanya saja kalangan awam yang jahil tentu akan kagum dengan perbuatan seperti itu. Sementara dia bukan ulama dan bukan siapa-siapa. Karena siapa pun tidak boleh menyiksa diri sendiri dengan hal semacam itu. Kita tahu ada satu riwayat yang terjadi dizaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika ada seorang yang bersafar bersama rekan-rekannya. Kemudian, di malam hari, kepalanya tertimpa batu sehingga luka. Malamnya dia junub, dan paginya dia bertanya kepada rekan-rekannya apa yang harus aku lakukan, apakah aku harus mandi atau bagaimana? Teman-temannya menjawab bahwa dia harus mandi, maka dia pun mandi dengan luka pada kepalanya. Akibat dari perbuatan itu, dia meninggal dunia karena malam itu sangat dingin dan dia memaksakan diri mandi dalam kondisi yang sangat dingin.
Maka sampailah berita itu kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, nabi mencela mereka dan berkata,
Tue, 23 Apr 2024 - 32min - 3837 - Sunnah di Hari ‘Id
Sunnah di Hari ‘Id adalah kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 28 Ramadhan 1445 H / 08 April 2024 M.
Kajian Tentang Sunnah di Hari ‘Id
‘Id (عيد) dari kata عَادَ – يَعُوْدُ yang artinya kembali. Jadi ‘id artinya adalah perayaan, karena dia kembali dan berulang setiap tahun.
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, dia berkata,
دَخَلَ أَبُو بَكْرٍ وَعِنْدِي جَارِيَتَانِ مِنْ جَوَارِي الْأَنْصَارِ تُغَنِّيَانِ بِمَا تَقَاوَلَتْ الْأَنْصَارُ يَوْمَ بُعَاثَ قَالَتْ وَلَيْسَتَا بِمُغَنِّيَتَيْنِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ أَمَزَامِيرُ الشَّيْطَانِ فِي بَيْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَلِكَ فِي يَوْمِ عِيدٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا بَكْرٍ إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَهَذَا عِيدُنَا
“Abu Bakar masuk ke rumahku sementara di sisiku ada dua anak gadis Anshar yang keduanya melakukan nyanyian yang biasa dinyanyikan oleh kaum Ansha pada hari raya Bu’ats.” Kemudian Aisyah melanjutkan, “Kedua anak wanita ini bukan penyanyi. Abu Bakar berkata, ‘Apakah ada seruling setan di rumah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?!’ Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata, ‘Wahai Abu Bakar, setiap kaum itu punya perayaannya, dan sekarang adalah hari raya kita.'” (HR. Bukhari)
Dari hadits ini kita dapat keterangan bahwa di hari Idul Fitri adalah hari bahagia. Dan tadi ada dua wanita yang bernyanyi dengan asal nyanyi karena mereka bukan penyanyi. Ini menunjukkan boleh bersenang-senang di hari Idul Fitri.
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Dengarkan dan Download Kajian Sunnah di Hari ‘Id
Jangan lupa untuk turut menyebarkan kebaikan dengan membagikan link kajian “Sunnah di Hari ‘Id” ini ke media sosial Antum. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Antum semua.Mon, 22 Apr 2024 - 35min - 3836 - Kiat Meyakinkan Remaja
Kiat Meyakinkan Remaja merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 29 Ramadhan 1445 H / 09 April 2024 M.
Kajian Tentang Kiat Meyakinkan Remaja
Sejatinya, kemampuan meyakinkan adalah keterampilan yang bisa dipelajari. Ada beberapa cara yang bisa kita tempuh untuk mengasah kemampuan meyakinkan. Diantaranya adalah:
Memulai dengan keikhlasan
Mendidik itu adalah ibadah; perlu keikhlasan. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberkahi niat yang baik dan menjadikan orang yang melakukannya mampu mempengaruhi. Kata-kata yang keluar dari hati yang ikhlas. Bobotnya tentu tidak sama dengan kata-kata yang keluar dari hati yang tidak ikhlas.
Maka ikhlaskan niat kita karena Allah Subhanahu wa Ta’ala; ini adalah usaha kita, adapun keputusan akhir ada di tanganNya. Allah memberikan hidayah dan menundukkan hati manusia menurut kehendakNya. Manusia dapat hidayah itu karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan semata-mata karena kehebatan, kemampuan, atau kepintaran kita. Hanya saja kita diperintahkan untuk mengerahkan kemampuan yang dimiliki.
Jangan terlalu terbawa ambisi dan keinginan, sehingga kadang-kadang memicu emosi ketika kata-kata kita diabaikan atau ditolak. Ini kembali kepada niat. Sebenarnya kita hanya orang yang diperintahkan untuk menyampaikan.
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Az-Zariyat[51]: 55)
…فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ…
“Karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka.” (QS. Ar-Ra’d[13]: 40)
Kita tidak punya kuasa; bahkan nabi sekalipun tidak punya kuasa untuk memberikan hidayah kepada orang-orang yang beliau cintai. Allah mengatakan,
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ…
“Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya.” (QS. Al-Qasas[28]: 56)
Maka ikhlaskan niat, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala membantu kita karena Allah akan membantu orang-orang yang mukhlis dan memudahkan urusan kita. Tentunya, dampaknya terhadap orang yang mendengar kata-kata yang keluar dari hati yang ikhlas tidak sama dengan kata-kata yang tidak terisi dengan keikhlasan.
Yakinkan diri terlebih dahulu
Tanyakan terlebih dulu kepada diri kita, apakah yakin dengan apa yang kita katakan? Karena orang yang tidak yakin terhadap apa yang dikatakannya tidak akan mampu meyakinkan orang lain. Artinya, di sini kita berada pada ilmu yang jelas, sebagaimana perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an,
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي…
“Katakanlah: ‘Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata.'” (QS. Yusuf[12]: 108)
Makna “Inilah jalanku” adalah perlu keyakinan dan ketegasan bahw...Fri, 19 Apr 2024 - 46min - 3835 - Khutbah Idul Fitri: Jiwa Taslim
Khutbah Idul Fitri: Jiwa Taslim ini merupakan rekaman khutbah idul fitri yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Rabu, 1 Syawal 1445 H / 10 April 2024 M.
Khutbah Idul Fitri: Jiwa Taslim
Kita bersyukur kepada Allah di hari ini yang telah memberikan kepada kita nikmat yang besar dan agung, di mana Allah mensyariatkan puasa Ramadhan sebulan penuh untuk mensucikan hati dan dosa-dosa kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkan bulan Ramadhan untuk kebaikan kita, dan Allah tidak diuntungkan sama sekali dengan amal ibadah kita. Kita yang butuh kepada amal ibadah, dan Allah tidak butuh kepada amal kita. Allah berfirman,
إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ…
“Jika kalian berbuat kebaikan, maka itu untuk diri kalian sendiri, dan jika kalian berbuat keburukan, maka itu pun untuk kalian sendiri.” (QS. Al-Isra'[17]: 7)
Allah syariatkan bulan Ramadhan agar kita menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan ketakwaan itulah kita bisa masuk ke dalam surga Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah Allah janjikan untuk orang-orang yang bertakwa. Allah berfirman,
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ ﴿١٥﴾ آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَٰلِكَ مُحْسِنِينَ ﴿١٦﴾ كَانُوا قَلِيلًا مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ ﴿١٧﴾ وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ ﴿١٨﴾
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di surga dan mata air yang mengalir. Mereka mengambil kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka. Sesungguhnya dahulu di dunia, mereka suka berbuat ihsan. Mereka dahulu di dunia sedikit tidurnya di waktu malam, dan di akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Az-Zariyat[51]: 16)
Dengan bulan Ramadhan, yang Allah ingin dari kita adalah jiwa taslim, yaitu tunduk pasrah kepada Allah, siap diatur oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di bulan Ramadhan, kita meninggalkan syahwat makan dan minum, kita meninggalkan syahwat jima’, kita berani menahan dahaga dan lapar untuk mendapatkan pahala Allah yang besar. Kita pun tunduk dan pasrah kepada Allah, kita berusaha mengorbankan sedikit kenikmatan dunia kita demi mendapatkan ampunan dan ridha Allah.
Itulah jiwa taslim, dimana seseorang tidak akan sempurna keimanannya kecuali dengan jiwa taslim. Allah berfirman,
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Tidak demi Rabbmu, mereka tidak beriman (sampai memenuhi tiga syarat); sampai mereka menjadikan engkau (Hai Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan; kemudian mereka tidak merasakan rasa berat di hatinya untuk menerima keputusanmu, dan mereka pun menyerahkan dirinya kepada Allah dengan sebenarnya.” (QS. An-Nisa'[4]: 65)
Jiwa taslim tidaklah mudah untuk kita dapatkan. Karena manusia memiliki hawa nafsu dan syahwat. Iblis dan bala tentaranya pun berusaha untuk menggoda manusia sehingga banyak di antaranya manusia yang lebih memilih kemaksiatan, tidak mau tunduk dengan aturan Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka lebih ridha diatur oleh hawa nafsunya, bahkan mempertuhankan hawa nafsunya. Sehingga akhirnya Allah pun sesatkan ia walaupun ia memiliki ilmu.Thu, 18 Apr 2024 - 19min - 3834 - Talbis Iblis Terhadap Kaum Sufi yang Meremehkan Neraka
Talbis Iblis Terhadap Kaum Sufi yang Meremehkan Neraka ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 28 Ramadhan 1445 H / 08 April 2024 M.
Kajian tentang Talbis Iblis Terhadap Kaum Sufi yang Meremehkan Neraka
Talbis Iblis terhadap kaum Sufi berkaitan dengan syathah ataupun perkara-perkara konyol ataupun rendah yang dinisbatkan kepada tokoh-tokoh mereka, di antaranya adalah Abu Yazid al-Busthami yang berkata, “Aku berharap kiamat segera terjadi, agar aku bisa memasang tendaku di neraka jahanam.”
Perkataan ini dinisbatkan kepada Abu Yazid Al-Busthami dan tercantum dalam buku-buku mereka yang menjadi rujukan kaum Sufi. Lalu seorang bertanya kepadanya, “Mengapa Anda berkata seperti itu, wahai Abu Yazid?” Maka dia berkata, “Karena aku tahu bahwa neraka jahanam akan padam ketika melihatku, sehingga aku bisa menjadi rahmat bagi seluruh makhluk.” Begitu jawabannya. Tentunya ini perkataan yang sangat merendahkan neraka.
Ibnu Jauzi mengatakan ucapan Abu Yazid al-Busthami ini sangat buruk karena mengandung unsur pelecehan dan meremehkan neraka, salah satu tempat yang Allah Subhaanahu wa Ta’ala ceritakan tentang kedahsyatannya di dalam Al-Qur’an. Sungguh, dikala menyebut neraka, Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu mengingatkan kita atas bahayanya, kedahsyatan dan kengeriannya. Di antaranya firman Allah Subhaanahu wa Ta’ala,
…فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ…
“Maka takutlah kamu terhadap neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu-batu.” (QS. Al-Baqarah[2]: 24)
Demikian pula, Allah bercerita tentang neraka,
إِذَا رَأَتْهُمْ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ سَمِعُوا لَهَا تَغَيُّظًا وَزَفِيرًا
“Apabila neraka melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar suaranya yang bergemuruh karena marahnya neraka itu.” (QS. Al-Furqan[25]: 12)
Ayat ini menceritakan kepada kita bagaimana kengerian dan kedahsyatan neraka. Dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang bercerita tentang siksa-siksa yang ada di dalam neraka, hingga Allah selalu mensifati neraka dengan adzab yang sangat pedih, sangat dahsyat, sangat keras, dan semisalnya.
Demikian juga di dalam hadits, diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda tentang api neraka,
إِنَّ نَارَكُمْ هَذِهِ مَا يُوقِدُ بَنُو آدَمَ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ حَرِّ جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya api yang dinyalakan anak Adam di dunia itu hanyalah satu dari 70 bagian dari panasnya neraka jahanam.”
Para sahabat bertanya kepada Nabi, “Demi Allah, api dunia ini saja sudah cukup untuk membakar orang-orang yang durhaka Wahai Rasulullah.”
Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata,
فَإِنَّهَا فُضِلِّتْ عَلَيْهَا بِتِسْعَةٍ وَسِتِّينَ جُزْءًا كُلُّهُنَّ مِثْلُ حَرِّهَا
“Sungguh api neraka itu 69 kali lipat lebih panas daripada api dunia dan masing-masing kelipatan panasnya itu sama dengan panasnya api dunia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Wed, 17 Apr 2024 - 36min - 3833 - Doa yang Pahalanya Tidak Akan Dihapus Sampai Hari Kiamat
Doa yang Pahalanya Tidak Akan Dihapus Sampai Hari Kiamat ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Doa dan Dzikir yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 28 Ramadhan 1445 H / 08 April 2024 M.
Kajian Tentang Doa yang Pahalanya Tidak Akan Dihapus Sampai Hari Kiamat
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencontohkan kepada kita beberapa versi redaksi doa setelah wudhu. Doa itu berbunyi,
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan semua pujian hanya untukMu Ya Allah, Aku bersaksi tidak ada yang berhak disembah kecuali Engkau Ya Allah, aku mohon ampun kepadaMu Ya Allah dan bertaubat.”
Selama ini kita tahunya inilah doa kafaratul majelis. Doa ini walaupun lebih sering untuk dibaca di akhir majelis, ternyata doa ini juga diajarkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk dibaca setelah wudhu.
Berarti boleh kita baca …اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ التَّوَّابِينَ sebagaimana kajian sebelumnya, dan juga boleh pula kita membaca doa ini, atau boleh juga disambung.
Inilah pentingnya ngaji. Kalau kita tidak ngaji, kemudian ada orang setelah wudhu di samping kita membaca doa ini, kita menganggap itu salah.
Dalil yang melandasi bahwa doa ini juga dianjurkan untuk dibaca setelah wudhu adalah sabda Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasai di dalam Kitab beliau As-Sunan Al-Kubra. Hadits ini dinilai Shahih oleh Imam Al-hakim dan Syaikh Al-Albani.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
من توضأَ فقال: سبحانك اللَّهمَّ وبحمدِك أشهدُ أن لا إلهَ إلا أنت أستغفرُك وأتوبُ إليك، كُتِبَ في رقٍّ ثم طُبِعَ بطابعٍ، فلم يُكْسَرْ إلى يومِ القيامةِ
“Barangsiapa yang berwudhu kemudian dia membaca ‘Subhaanaka Allaahumma wa bihamdika, asyhadu alla ilaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilayk,’ maka akan ditulis di dalam sebuah kertas lalu distempel dan tidak akan dihapus pahalanya sampai hari kiamat.” (HR. An-Nasa’i)
Selama seseorang masih muslim dan tidak berbuat syirik, maka pahala ini akan tetap dipersiapkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla untuk kita nikmati nanti di hari kiamat.
Bagaimana kandungan doa ini? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Mari turut membagikan link download kajian “Doa yang Pahalanya Tidak Akan Dihapus Sampai Hari Kiamat” ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Jazakumullahu Khairan.
Tue, 16 Apr 2024 - 48min - 3832 - Zakat Mal dan Fitrah
Zakat Mal dan Fitrah adalah kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Erwandi Tarmizi, M.A. pada Ahad, 07 April 2024 M/ 27 Ramadhan 1445 H.
Kajian Tentang Zakat Mal dan Fitrah
Pada kajian ini dibahas tentang zakat, mulai dari menghitung, menilai, mengeluarkan dan menyalurkan. Itu yang dikatakan oleh para ulama tentang definisi zakat. Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan NabiNya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan firmanNya,
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ ۗ …
“Hai Muhammad, ambil dari sebahagian harta mereka…” Berarti yang di ambil zakat itu bukan 100% harta, tapi hanya sebahagian. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan,
وفي عشرينَ دينارًا نصفُ دينارٍ
“Untuk 20 dinar diambil setengah dinar (1/40 atau 2,5%).” (HR. Ibnu Abi Syaibah)
Ada yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan,
وفيما سُقي بالنَّضْحِ نصفَ العُشْرِ
“Bila pertanian atau perkebunan yang menghasilkan makanan pokok diairi dengan biaya, maka zakat yang diambil adalah setengah dari 1/10 (5%).” (HR. Ibnu Hibban)
Dan yang untuk diakhiri dengan air hujan atau air yang tidak berbeli, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan العشر (10%).
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Dengarkan dan Download Kajian Zakat Mal dan Fitrah
Jangan lupa untuk turut menyebarkan kebaikan dengan membagikan link kajian “Zakat Mal dan Fitrah” ini ke media sosial Antum. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Antum semua.Tue, 16 Apr 2024 - 1h 35min - 3831 - Adab-Adab Safar
Adab-Adab Safar adalah kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada Ahad, 23 Ramadhan 1445 H / 3 April 2024 M.
Kajian Tentang Adab-Adab Safar
Al-Imam An-Nawawi dalam kitab المجموع شرح المهذب pada jilid 4 menyebutkan ada sekitar 62 adab yang berhubungan dengan safar. Kita tentunya tidak akan membacakan semuanya karena itu sangat panjang sekali. Adapun adab-adab yang hendaknya diperhatikan saat kita safar adalah:
1. Mengikhlaskan niat karena Allah Subhanahu wa Ta’ala
Kita intropeksi apa tujuan daripada safar kita? Apakah dalam rangka ketaatan ataukah -na’uzubillah- safar dalam rangka maksiat? Jangan sampai seperti itu. Apa niat kita mudik? Kalau niatnya untuk bersilaturrahim dengan keluarga atau tentu yang lebih utama lagi dalam rangka untuk berbakti kepada orang tua, maka tentu itu sebuah safar yang mulia.
2. Bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Kita bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kalau punya hutang segera kita bayar. Karena kita tidak tahu apakah akan selamat di perjalanan atau tidak? Yang namanya ajal hanya Allah yang Maha Tahu. Maka kita mohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau ada permusuhan dengan teman, maka segara minta maaf, kita perbaiki hubungan. Kita tidak tahu tentang ajal. Karena banyak kita lihat di perjalanan ada yang kecelakaan qadarullah meninggal dunia.
3. Istikharah
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الفَرِيْضَةِ…
“Apabila salah seorang dari kalian sudah berkeinginan untuk melakukan suatu perkara (termasuk safar), hendaklah melaksanakan shalat dua rakaat selain fardhu, kemudian ucapkan doa, ‘Ya Allah, aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmu-Mu. Aku memohon kepada Engkau kemampuan dengan kekuasaan-Mu. Dan aku memohon kepada-Mu dari karunia-Mu yang Agung. Sesungguhnya Engkau berkuasa dan aku tidak berkuasa. Engkau Maha Mengetahui dan aku tidak mengetahui. Dan Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib.'”
“Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebutkan perkara tersebut) adalah baik bagiku pada agamaku, kehidupanku, dan akibat perkaraku, maka takdirkanlah itu untukku, dan mudahkanlah jalannya untukku. Namun, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini buruk bagiku dalam agamaku, kehidupanku, dan akibat urusanku, maka palingkanlah aku daripadanya, dan palingkanlah ia dariku. Takdirkanlah bagiku kebaikan di mana saja, kemudian jadikanlah aku ridha menerimanya.”
Lihat: Shalat Istikharah
Subhanallah, ini adalah doa yang agung. Ketika kita memohon kepada Allah, jika perjalanan ini baik, Ya Allah, tolong takdirkan untukku dan permudahlah semuanya dalam perjalanan ini. Namun, jika perjalanan ini tidak baik, tolong palingkan aku darinya sehingga Allah menghalau kita dari berbagai keburukan.
4. Jangan menggunakan uang haram
Janganlah kita membeli tiket pesawat, bus, atau kapal dengan uang yang haram, karena perbuatan itu akan membuat kebaikan dalam perjalanan tetap tidak memiliki nilai di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
5. Mempersiapkan perbekalan yang baik
Perbekalan yang baik adalah hal-hal yang bermanfaat untuk perjalanan kita. Hendaknya kita membawa perbekalan yang paling utama, yaitu ketakwaan. Ketika dalam perjalanan, kita butuh ketakwaan,Thu, 04 Apr 2024 - 1h 34min - 3830 - Adab-Adab Berhari Raya
Adab-Adab Berhari Raya adalah kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada Ahad, 22 Ramadhan 1445 H / 2 April 2024 M.
Kajian Tentang Adab-Adab Berhari Raya
Dalam bahasa Arab hari raya adalah ‘id (عيد). Disebutkan dalam Lisanul Arab bahwa ‘id berasal dari kata ‘aada yauudu yang artinya kembali. Karena dia kembali setiap tahun. Ada yang mengatakan bahwa ‘id dari kata adat atau kebiasaan. Karena mereka terbiasa merayakannya.
Berkata Ibnul Arabi, “Disebut ‘Id karena ia setiap tahun kembali dengan kegembiraan yang baru.”
Sementara Al-Alamah Ibnu Abidin berkata, “Disebut ‘id karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki macam-macam ihsan kepada hamba-hambaNya yang Allah berikan. Di antara ihsanNya Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu setelah sebulan penuh kita berpuasa, maka di hari ‘id kita diizinkan kembali untuk makan, disyariatkan adanya sedekah zakat fitr. Adapun di hari raya di situ ada ihsannya Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa ibadah yang agung seperti haji, berkurban dan yang lainnya. Karena biasanya di hari raya itu kita gembira.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkan hari raya umat Islam hanya dua saja, yaitu hari raya Idul Fitr dan Idul Adha. Anas bin Malik berkata,
قدِمَ النبي صلى الله عليه وسلم ولأهلِ المدينةِ يومانِ يلعبونَ فيهما في الجاهليةِ ، فقال : قدمتُ عليكم ولكمْ يومانِ تلعبونَ فيهما في الجاهليةِ ، وقد أبدلكُم اللهُ بهما خيرا منهما : يومٌ النحرِ ، ويومُ الفطرِ
“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang dalam keadaan penduduk kota Madinah memiliki dua hari raya dimana mereka di hari raya tersebut bermain di masa jahiliyah.” Maka beliau bersabda, “Aku datang kepada kalian dan kalian memiliki dua hari yang kalian biasa bermain padanya dimasa jahiliah. Dan Allah telah mengganti dua hari itu dengan dua hari yang lain yang lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul Fitr.” (HR. Abu Dawud)
Dua hari raya ini adalah pilihan langsung dari Allah. Allah langsung yang mensyariatkannya. Dan dua hari raya ini berhubungan dengan dua rukun Islam yang sangat agung. Idul fitr berhubungan dengan puasa Ramadhan, adapun Idul Adha berhubungan dengan Haji dan qurban. Pada dua hari raya tersebut Allah mengampuni jamaah haji, demikian pula orang-orang yang berpuasa. Juga Allah menebarkan kasih sayangNya kepada seluruh hamba-hambaNya yang taat.
Jadi, hari raya dalam Islam bukan sebatas hari raya biasa, tapi ia berhubungan dengan dua ibadah yang sangat agung sekali yang merupakan rukun Islam. Yaitu puasa Ramadhan dan Haji. Dua amalan ini menyebabkan pelakunya digugurkan dosa-dosanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Adab-Adab Berhari Raya
Bertakbir membesarkan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Al-Baqarah,
…وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan agar kalian menyempurnakan bilangan bulan Ramadhan dan bertakbir membesarkan Allah atas petunjuk yang diberikanNya (dalam ibadah-ibadah yang agung ini), agar kalian bersyukur.” (QS. Al-Baqarah[2]: 185)
Maka ketika seseorang dapat berpuasa Ramadhan, berhaji ke Baitullah, atau kita berqurban dengan menyembelih hewan yang telah Allah tetapkan, dengan ibadah itu kita bersyukur. Subhanallah!
Para ulama berbeda pendapat tentang kapan mulai takbir. Jumhur ulama mengatakan bahwa mulai bertakbir itu semenjak pagi hari saat kita kelua...Wed, 03 Apr 2024 - 1h 51min
Weitere Folgen anzeigen
5Podcasts ähnlich wie Radio Rodja 756 AM
- Global News Podcast BBC World Service
- El Partidazo de COPE COPE
- Herrera en COPE COPE
- The Dan Bongino Show Cumulus Podcast Network | Dan Bongino
- Es la Mañana de Federico esRadio
- La Noche de Dieter esRadio
- Hondelatte Raconte - Christophe Hondelatte Europe 1
- Firanda Andirja Official Firanda Andirja
- Dateline NBC NBC News
- 財經一路發 News98
- La rosa de los vientos OndaCero
- Más de uno OndaCero
- La Zanzara Radio 24
- L'Heure Du Crime RTL
- El Larguero SER Podcast
- Nadie Sabe Nada SER Podcast
- SER Historia SER Podcast
- Todo Concostrina SER Podcast
- 安住紳一郎の日曜天国 TBS RADIO
- アンガールズのジャンピン[オールナイトニッポンPODCAST] ニッポン放送
- 辛坊治郎 ズーム そこまで言うか! ニッポン放送
- 飯田浩司のOK! Cozy up! Podcast ニッポン放送
- 吳淡如人生實用商學院 吳淡如
- 武田鉄矢・今朝の三枚おろし 文化放送PodcastQR