Energi Pengasuhan

Ayah Bunda. Ketika tanpa sadar kota sering terjebak dlama spontanitas anak, maka saatnya untuk kita sama-sama belajar untuk bersikap asertif. Kita gali kemungkinan alasan yang ada di balik masalah yang ada yang dimunculkan buah hati, jauh sebelum kita mengomentari atau menghakiminya. Dengan langkah ini, insyaAllah akan menjadi kehati-hatian kita dalam bersikapmdna menghadapi mereka.

Salah satu pengasuhan yang produktif dna mengajarkan pada anak tebtang produktivitas, kita bisa meengajak mereka untuk berdialog terkait target-target. Bagaiamana proses usahanya selama ini, bagaimana harapan-harapannya, dan bagaimana mereka tetap menjaga kebiasaan baiknya.

Salah satu kegalauan kita sebagai orang tua dalam melewati masa pandemi adalah mengeluhkan urusan menemani buah hati menyelesaikan tugas pembelajaran jauh. Ini tak sederhana dna butuh manajemen tersendiri.

Seolah setiap anak itu bertipikal sama, ber-style sama dan berkecenderungan yang sama. Maka sering kita terjebak menyamaratakan mereka dan menuntut sama lain untuk memberi hasil yang sama. Padahal, meski satu rahim, setiap anak itu berbeda.

Tak perlu terjebak dengan pro kontra anak hebat atau anak cerdas atau anak pintar atau anak genius. Jangan sampai kita pragmatis menafsirkan. Karena prediksi tak berarti hasil sebuah analisis.

Salah satu karakteristik yang cukup kasat mata terkait manusia yang kuat adalah mereka yang tangguh dalam mengahdapi masalah. Mereka yang cerdas mengelola masalah. Dan sebagai orang tua bijak, tentunya kita perlu memberi ruang pada anak untuk latihan "problem solving".

Berada dalam kondisi pandemi memang tak mudah. Terlebih baginkita sebagai orang tua. Harus mengkondisikan diri sendiri maupun mengkondisikan anak-anak dengan segala variabelnya.

Yuk, belajar mengurangi "keberisikan" sebagai orang tua. Kita kurangi kebiasaan memfestivalisasi kekurangan orang lain (termasuk kekurangan anak-anak kita).