Nach Genre filtern
- 93 - Lebih Bersungguh-sungguh Di 10 Malam Terakhir Ramadhan
Lebih Bersungguh-sungguh Di 10 malam terakhir Telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu Ubaid bin Nisthasin, yaitu Abu Ya’fur, dari Muslim, dari Masyruq, dari Aisyah, pernah bercerita mengenai Nabi Shallallahu’alaihi wa salam: “Bila telah memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan beliau selalu bangun malam dan membangunkan keluarganya, dan mengencangkan sarungnya”. Sufyan berkata: “Pada satu malam dari sepuluh hari terakhir tersebut beliau bersungguh-sungguh (dalam beribadah)”. (HR. Ahmad no. 23001). Untuk mendapatkan suatu yang bernilai besar, tentu harus dengan usaha yang besar pula. Lailatul Qadar itu malam besar, malam istimewa dan malam luar biasa. Para Malaikat turun ke bumi berdesakkan pada malam itu dengan jumlah yang sangat banyak laksana sejumlah kerikil yang ada di planet bumi yang kita pijak ini. Sepanjang malam sampai Shubuh, para Malaikat tidak henti mendoakan para hamba Allah yang sedang beribadah. Ma sya Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sudah pasti masuk surga saja begitu keras usahanya untuk memperoleh Lailatul Qadar. Beliau juga membangunkan keluarganya agar turut serta beribadah di malam itu. Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja begitu, apalagi kita yang belum dipastikan masuk surga! Mungkin tidak sedikit yang beranggapan bahwa satu-satunya cara untuk memperoleh Lailatul Qadar hanya dengan i’tikaf di masjid, selainnya tidak bisa. Sebenarnya tidaklah begitu. Jika i’tikaf di masjid adalah satu-satunya cara, lalu bagaimana dengan wanita haidh, nifas, security yang piket malam, supir bus malam, orang yang sedang musafir atau mudik yang tidak biasa ke masjid? Apakah mereka tidak bisa mendapatkan malam mulia itu hanya karena tidak i’tikaf di masjid? Apakah malam teramat mulia itu hanya khusus bagi mereka yang mempunyai banyak waktu luang sehingga bisa i’tikaf di masjid? Kenyataannya tidaklah begitu. Lailatul Qadar diperoleh oleh hamba-hamba Allah yang banyak beribadah di malam itu. Ibadah bukan hanya i’tikaf. Dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an atau setidaknya memperbanyak dzikir atau shalawat, bisa saja mendapatkan Lailatul Qadar. Piket malam bisa sambil dzikir. Menyetir bus atau mobil bisa sambil shalawatan kan? Sambil jaga warung kopi juga bisa sambil tasbih, kan? Pokoknya asal bisa ibadah, tidak harus di masjid. Apakah harus begadang full? Tidak juga. Buktinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bagun pada malam hari dan membangunkan keluarga. Namanya bangun sudah pasti tidur dulu sebelumnya. Tidak ada alasan untuk tidak bisa memperoleh malam indah itu kecuali malas! Takut masuk neraka tapi ibadah malas. al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah berkata, « يا من ضاع عمره في لا شيء، استدرك ما فاتك في ليلة القدر فإنها تُحسب بالعمر. » "Duhai insan yang usianya berlalu dalam hal yg tidak bermanfaat, perbaikilah potret kelam hidupmu pada Lailatul Qadar. Karena beribadah di satu malam itu sama artinya (beribadah) seumur hidup." Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Sulaiman al-Dhuba’i, dari Kahmas bin al-Hasan, dari Abdullah bin Buraidah, dari Aisyah, ia berkata: Wahai Rasulullah, apabila aku mengetahui malam apa lailatul qadr itu, maka apakah yang aku ucapkan padanya? Beliau mengatakan: “Ucapkan: ALLAAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN KARIIMUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ‘ANNII (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Maaf dan Maha Pemurah, Engkau senang memaafkan, maka maafkanlah aku). Abu Isa berkata: Hadits ini adalah hadits hasan shahih. (HR. Tirmidzi no. 3435). Untaian do’a yang begitu indah walaupun singkat. Do’a merupakan harapan seorang hamba yang begitu tulus agar Allah mengijabah. Do’a yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu sarat makna dan menggetarkan jiwa. Betapa tidak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita agar meminta ampunan dengan memuji Allah terlebih dahulu dengan menyebut nama-Nya, Al-Afuw (Yang Maha Pemaaf).
Tue, 02 Apr 2024 - 17min - 92 - ISTRI TIDAK WAJIB MENGURUS RUMAH???
“Seorang istri bukanlah mitra (syarîkah) suami dalam kehidupan. Istri lebih merupakan sahabat (shâhibah) suami. Pergaulan di antara keduanya bukanlah pergaulan dalam konteks kemitraan. Mereka tidak pula dipaksa untuk menjalani pergaulan sepanjang kehidupannya. Pergaulan di antara keduanya adalah pergaulan dalam konteks persahabatan. Satu sama lain merupakan sahabat sejati dalam segala hal. Persahabatan yang dibangun oleh keduanya adalah persahabatan yang dapat memberikan kedamaian satu sama lain”. Istri bukanlah pembantu apalagi budak suami, istri bukan pula relasi bisnis suami, hubungan suami istri bukan hubungan yang mendasarkan pada untung-rugi secara materi, bukan pula hubungan antara bos dan karyawan. Hanya saja dalam kaitannya dengan pelaksanaan berbagai pekerjaan rumah tangga, seorang istri wajib melayani suaminya, seperti membuat adonan roti, memasak, membersihkan rumah, menyediakan minuman jika diminta, menyiapkan makanan untuk dimakan, serta melayani suaminya di dalam seluruh perkara yang sudah semestinya ia lakukan di dalam rumah. Sebaliknya, suami wajib memenuhi apa saja yang dibutuhkan oleh istrinya yang mengharuskan dirinya untuk keluar rumah, seperti menyediakan air atau melakukan apa saja yang diperlukan untuk membersihkan kotoran. Oleh karena itu, mengurus kuda, mencari rumput, berkebun, dll sebagaimana yang dilakukan Asma binti Abu Bakar merupakan kebaikan istri kepada suami, namun tidak wajib dilakukan.
Sat, 24 Sep 2022 - 30min - 91 - Lebih Bersemangat di Akhir Ramadhan Jangan Kasih Kendor
Ramadhan sudah dipenghujung menuju akhir. Kadangkala terpaan ingin istirahat dari beribadah penuh semangat datang menghampiri. Bisikan membujuk untuk menyudahi amal shalih semakin sering terdengar. Hari ini kita memasuki hari-hari akhir dari bulan Ramadhan, jangan menyerah sekarang....upayakan untuk lebih memperbanyak amal shalih justru di saat akhir seperti sekarang ini. Al Hasan bin Shalih rahimahullah pernah menyatakan: "Sesungguhnya syaithan bisa (memancing dg) membukakan 99 pintu kebajikan, agar masuk ke satu pintu keburukan yang syaithan inginkan." Bisa jadi syaithan memang tidak begitu menghalang-halangi berbagai macam upaya keta’atan hingga akhirnya menghasilkan kesuksesan, namun ada ujung yang dinantinya, yang diharapkannya, semisal munculnya rasa ‘ujub/berbangga diri dg melalaikan pemberi nikmat, atau yang diinginkannya adalah munculnya sikap sudah cukup sehingga selanjutnya istirahat. Suatu ketika Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah ditanya: "Kapan seorang hamba dapat mengecap (waktu) istirahat? Maka beliau menjawab: saat pertama kali kaki dia menginjak surga." Imam As Syâfi’i rahimahullah juga pernah menyatakan: "Mencari istirahat di dunia tidaklah layak bagi seorang ksatria, karena seorang ksatria senantiasa bekerja keras sepanjang zaman." Ditanyakan kepada seorang ahli zuhud: "Bagaimana jalannya agar seseorang menjadi salah satu pilihan Allah? Dia menjawab: Jika dia menanggalkan istirahat dan senantiasa bersungguh-sungguh dalam menjalani keta’atan." Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah mengatakan, "أهل الاستقامة في نهاياتهم، أشد اجتهادًا منهم في بداياتهم" "Orang-orang yang istiqamah lebih bersemangat pada masa-masa akhir mereka, dibandingkan dengan pada masa-masa awalnya." Ramadhan belum berlalu, maka jangan biarkan semangat ibadah dan tilawah kita mengendor. Ramadhan memang akan segera berakhir, namun bukan berarti berakhir juga semua upaya amal shalih kita. Lanjutkan ibadah, teruskan beramal shalih, lakukan terus ketaatan, semangat dalam tilawah....anda tidak sendirian....ada kami dan kita semua yang juga ingin dibebaskan dari api neraka disini...bersama beramal shalih. Semoga Allah menjaga kita, memudahkan kita dalam beribadah dan mengampuni dosa-dosa kita serta menjauhkan kita dari api neraka. Aamiin Allahumma aamiin yaa mujibassailiin #janganmenyerah #sekarang #terus #berbagisemangat #dalamketaatan
Thu, 28 Apr 2022 - 04min - 90 - Menjomblo, Menikah Atau MenambahThu, 25 Nov 2021 - 18min
- 89 - Mengqadha Shalat Wajib
“Qadha’: adalah melaksanakan kewajiban setelah waktunya, atau menjalankan shalat setelah habis waktunya.” Wajib tidaknya mengqadha shalat tergantung kepada alasan mengapa seseorang sampai meninggalkan shalat hingga lewat waktunya. Simak penjelasannya di podcast berikut:
Mon, 08 Nov 2021 - 29min - 88 - Semua Agama Itu Sama! Masa Sih!?!
Kalau ada yang bilang semua Agama itu sama, coba deh tanya ke dia: 'Udah pernah masuk berapa agama, emangnya?' Sok atuh kita simak di podcast kali ini yuk.....
Sun, 19 Sep 2021 - 06min - 87 - U J I A N
Ujian itu sesungguhnya adalah tanda kepantasan. Maksudnya? Yuk simak penjelasannya di podcast kali ini ya.....
Sun, 19 Sep 2021 - 07min - 86 - Ghibah Yang Tidak Haram
Ghibah (menggunjing) adalah membicarakan perihal orang lain yang tidak disukai olehnya, saat orang lain tersebut tidak ada, baik itu terkait kekurangan fisiknya, rumahnya, kendaraannya atau hal lainnya, baik menggunjingnya langsung lewat ucapan maupun tidak langsung seperti lewat grup Whatsapp, Facebook, Twitter dsb, baik menggunjingnya sembunyi-sembunyi berdua atau bertiga ataupun menggunjingnya ‘berjamaah’ dalam suatu majlis. Nabi saw bersabda: “Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”, Nabi saw berkata, “(yaitu) kamu menyebut saudaramu dengan sesuatu yang ia benci.” Lalu ada yang mengatakan, “Bagaimana jika apa yang aku sebut memang benar-benar dimiliki oleh saudaraku?” Nabi menjawab, “(Jika memang demikian) berarti engkau telah mengghibahnya. Namun jika (apa yang kamu sebut) tidak ada pada dirinya, berarti Engkau telah berdusta.” (HR. Muslim) Ternyata......tidak semua ghibah itu haram lho. Yuk disimak podcast kali ini....
Sun, 19 Sep 2021 - 18min - 85 - Life Begins at 40
Usia 40 tahun adalah usia ‘kematangan’ seseorang, jika tidak berhati-hati dan sering mengevaluasi diri, bisa jadi kerugian yang akan terjadi; kematian keburu menghampiri saat lalai dalam mempersiapkan diri. Imam Al Ghazali dalam Ayyuhal Walad memberi nasehat kepada salah satu muridnya: Dan barangsiapa yang usianya sudah mencapai 40 tahun namun kebajikannya tidak melebihi dosanya maka bersiap-siaplah ia masuk neraka. Allah Ta’ala juga menyinggung saat manusia mencapai usia 40 tahun: “… sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku (berilah ilham kepadaku) untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. “. (QS. Al-Ahqaf : 15).
Sun, 19 Sep 2021 - 10min - 84 - SANG BAPAK KEBODOHAN
Kecerdasan, kemuliaan, bahkan gelar sebagai ‘bapak kebijaksanaan’ (Abul Hakam), dan reputasi cemerlang sebelumnya, tidaklah selalu berakibat baik, justru hal-hal tersebut bisa ‘menghalangi’ untuk tunduk kepada kebenaran, terutama jika berhadapan dengan pembawa kebenaran yang levelnya sejajar dengannya apalagi jauh dibawah levelnya. Begitu juga dengan gelar-gelar sekarang, tidak usah heran, jika dulu sebelum mendapatkan jabatan, seseorang bisa mendukung dakwah, sangat bijak, track recordnya baik, namun setelah mendapatkan posisi dan jabatan tertentu lalu berbalik menyerang dakwah. Lalu kenapa nabi mengganti gelar ‘bapak kebijaksanaan’ (Abul Hakam) menjadi ‘bapak kebodohan’ (Abu Jahal)?, tidak lain karena penentangannya yang sangat keji terhadap dakwah, dialah yang sering ‘membubarkan’ pengajian yang dilakukan Nabi, memprovokasi orang yang sudah cenderung menerima dakwah nabi hingga orang-orang tersebut berbalik menentang nabi, paling bernafsu dalam memboikot total Nabi, Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib.
Tue, 14 Sep 2021 - 13min - 83 - MELEPAS UNTUK TERBANG
Induk burung melepas anak burung untuk bisa terbang ke cakrawala lebih luas dan mempelajari cara bertahan hidup serta hidup seekor burung yang sesungguhnya dengan terbang. Sebenarnya demikian juga dengan kita, orangtua......kita pun harus bisa melepas anak-anak kita untuk terbang menuntut ilmu lebih banyak diluar rumah.
Tue, 14 Sep 2021 - 09min - 82 - Mbok Ya Kamu Tuh Belajar
*Mbok ya kamu itu belajar ini Nabi Muhammad itu hidupnya sangat bersahaja. Padahal di punya 'jalur khusus' kalau pengin gunung emas, atau lautan permata. Tidak. Nabi tidak mau. Dia bahkan sering berhari2 tidak punya bahan makanan. Untuk menahan lapar, dia ikat batu di perutnya. Jika perutnya bunyi, dia kencangkan ikatannya. Manusia paling suci, paling mulia di dunia, hidupnya begitu. Kita semua, yang mengaku muslim, harusnya bangga sekali dengan teladan ini. Lantas bisa teriak, "Nabi kami, hidupnya sangat sederhana!" Kemudian meneladaninya. Nah, jika kita belum bisa begitu levelnya, masih jauh sekali, karena masih cinta dunia. Mbok ya pastikan, kita tidak malah mencuri, maling, rampok, agar hidup kita enak. Silahkan saja kalau mau kaya. Perut kenyang. Mobil mewah. Rumah megah. Dan semua kenikmatan hidup lainnya. Tapi ayolah, pakai cara jujur. Dagang dengan baik. Usaha dengan baik. Bekerja dengan baik. Bisa loh kaya. Bukan maling! Sedihnya, negara 87% muslim, kok korupsi dimana2. Pejabat2 sibuk malaki anak buah demi posisi jabatan. Pejabat2 sibuk minta honor dari proyek2, bahkan proyek memakamkan orang pun dia mau dapat honornya. Nabi itu sungguh sederhana. Suatu hari, Umar datang berkunjung. Dia melihat Nabi tidur di tikar, hingga membekas di badannya. Umar menangis lihatnya. Itu Nabi, yang punya kekuasaan, yang punya 'koneksi' bahkan jika dia ingin gunung dilemparkan ke sebuah tempat. Bisa! Bayangkan gunung segede gunung Bromo, atau gunung2 lainnya, dilemparkan. Lah, kamu, kekuasaanmu itu apa? Cuma punya asisten2 yg sibuk membungkuk2. Cuma punya staf, ajudan yg sibuk terbirit2. Hanya itu doang kekuasan kamu. Tapi lihatlah, duuh Gusti, kamu diam2 juga korup. Jangankan amanah, kerja yang benar, ini malah korup. Padahal hidupmu sudah dibayari semua oleh negara. Ini sedih loh melihatnya. Seriusan. Sedih banget. 87% penduduk negeri ini muslim. Koruptor banyak. Tukang suap banyak. Tukang boong. Tukang ngibul, buanyak! Mulai dari maling2 kecil, hingga maling2 elit. Mulai dari perkara sepele, ngambil hak orang lain, nyomot hak orang lain; sampai koruptor, rampok besar. Tidakkah mereka mau memahaminya, itu teh, semua harta, semua kekuasaan, tidak ada yang bakal dibawa mati. Kamu segitunya mengejar dunia ini? Rugi sekali menukar keabadian akherat dengan fananya dunia. Bodoh sekali membeli siksaan panjang dengan kenikmatan harta benda sesaat saja. Mencuri. Maling. Korup! Menjijikkan.
Wed, 01 Sep 2021 - 05min - 81 - Buta Politik Hidup Makin Sempit
“Buta terburuk adalah buta politik. Orang yang buta politk tak sadar bahwa biaya hidup, harga makanan, harga rumah, harga obat, semuanya bergantung pada keputusan politik. Dia membanggakan sikap anti politiknya, membusungkan dada dan berkoar “AKU BENCI POLITIK”. Sungguh bodoh dia yang tak mengetahui bahwa karena dia tidak mau tahu politik, akibatnya adalah pelacuran, anak terlantar, perampokan, dan yang terburuk, korupsi dan perusahaan multinasional yang menguras kekayaan negeri” [ Bertolt Brecht ,Penyair dan Dramawan Jerman]. Apa yang disampaikan Bertolt Brecht tersebut nampaknya masih relevan dan terjadi saat ini. Semua penderitaan anak manusia di belahan dunia termasuk di negeri tercinta ini akar masalahnya karena masyarakat banyak yang antipati terhadap politik.
Wed, 01 Sep 2021 - 10min - 80 - POLITIK KAIN PEL
Ada pertanyaan seru yg kerap ditanyakan kpd para pengemban dakwah politik ekstra-parlementer: "Kalian mau menegakkan Islam, mau menghapus kerusakan yg terjadi, tapi kalian ga mau masuk parlemen? Ibarat udah tau lantai kontor tapi ga mau turun buat ngepel?" . Coba dijawab ya 😁 Pertama, kita sepakati dulu, kalau lantai kotor maka lantai harus dibersihkan, yes? Lantai kotor adalah analogi kerusakan pada tubuh umat saat ini . Nah, pertanyaan selanjutnya: dg apa kita akan membersihkannya? . Saat ini hanya tersedia kain pel yg kotor. Kain pel kotor adalah analogi dari sistem rusak saat ini. Kita pun telah sepakat, ini memang bukan kain pel ideal untuk membersihkan kekotoran yg terjadi. Sebab kain pelnya memang sudah kotor dari si empunya yg bikin, ga bisa diapa-apain lagi 😅 Namun saat ini hanya kain pel itu saja yg ada di depan mata kita . Maka sebagian ada yg langsung turun menggunakan kain pel non-ideal itu untuk bersih-bersih. Apa yg ada dulu, itu yg dipakai sambil berharap kotorannya jadi bersih . Pertanyaan selanjutnya, apakah kita akan terus berharap dg kain pel kotor by default ini untuk bersih-bersih? . Maka seharusnya ada orang-orang yg ga turun kerja ngepel, namun ia berkerja di luar arena untuk mengusahakan adanya kain pel baru yg bersih dan ideal . Memang yg tugasnya mengusahakan adanya kain pel ideal ini akan absen dari panggung bersih-bersih. Sehingga bila yg terfokus hanya melihat pada area panggung, akan dg mudah menuduh yg ga dipanggung ga bekerja . Karena yg ga kerja ngepel-ngepel, sedang kerja di tempat lain, membangun pabrik kain pel yg ideal yg nantinya akan melancarkan acara bersih-bersih kita semua 😁 . Jika analogi ini belum bisa dicerna, gpp. Sebab saya pun perlu ngaji intensif seminggu sekali selama bertahun-tahun, menuntaskan berkitab-kitab dg mengupas syarahnya, untuk bisa sampai pd sebuah pemahaman. Mengapa pilih metode yg ini, bukan yg itu, mengapa yg ini yg berhasil, yg itu tidak, dsb . So, save your energy, ga perlu merasa wajib kasih sanggahan disini 😅 *Kibas Khimar* Lebih asik kita duduk bareng tuker pikiran sambil nge-teh syantiek dg temen2
Wed, 01 Sep 2021 - 04min - 79 - MORAL DALAM MURAL
Jamak diketahui, karya street art memang tak pernah berumur panjang. Sebab, aturan mainnya jika tidak dihapus pemilik lahan akan ditimpa gambar lain oleh seniman urban lainnya. Namun, berbeda ceritanya bila aparat Wakanda yang turun tangan, jelas mengindikasikan adanya kerangkeng kebebasan. Baru-baru ini muncul penghapusan mural bergambar mirip seorang kepala negara, hanya matanya ditutupi dengan tulisan "404: Not Found". Hingga polisi harus turun gelanggang mengejar pelaku seni jalanan itu. Sungguh aneh. Jika ditilik, seberapa banyak orang yang tau arti "404: Not Found"? Jangan-jangan polisi pun tidak mampu menerjemahkan arti "404: Not Found" tersebut. Lantas, di mana unsur penghinaannya terhadap orang yang konon mirip pemimpin di Wakanda? Begitu pula lukisan dinding bertulisan "Wabah Sesungguhnya Adalah Kelaparan" dan ekspresi seni tanpa gambar berjudul "Tuhan Aku Lapar". Padahal ini hanya sebuah kalimat pernyataan sejenis doa kepada Tuhan. Tak ubahnya dengan doa serupa "Tuhan Tolonglah Hamba". Mural merupakan karya seni yang memiliki sisi gambar dan pesan yang sedap dipandang. Pun dengan penikmat mural, mereka mempunyai wawasan lebih ketimbang pembaca grafiti. Supir angkot, pengemis, pemulung, barangkali tak paham kenapa wajah yang mirip orang nomer satu di Wakanda itu ditutupi tulisan "404: Not Found". Bisa saja mereka berpikir bahwa angka 404 itu dianggap kode judi togel. Banyak orang yang tidak paham bahwa 404 itu berasal dari dunia canggih dan berkaitan dengan pencarian di ruang virtual yang berakhir error. Malang nian nasib mural kini. Karya seni media dinding itu tiba-tiba dikaitkan dengan urusan politik hingga dinilai sarat dengan kritik. Kalau dipikir-pikir, memangnya seni lukis mana yang bebas dari kritik? Lebih aneh lagi tak ada kesepakatan apakah mural beraroma kritik itu harus diberangus atau tidak. Sementara, pihak berwajib sendiri terbelah dalam bersikap. Polisi daerah gerak cepat menghapus mural tersebut sementara polisi di markas besar justru meminta agar tidak reaktif menyikapi soal mural. Belum lagi nada sumbang salah seorang pejabat tinggi yang menyebutkan mural merupakan kritik yang tidak beradab. Sungguh aneh bin mengherankan, bagaimanakah kriteria kritik yang tidak beradab itu? Sementara pemimpin Wakanda berulang kali menyebut dirinya bukan orang antikritik. Bahkan, kerap diulangi dalam pidato kenegaraan di depan sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat Wakanda pada seremonial kemerdekaan. Maka kasus mural ini amatlah jelas bahwa presiden tak ingin polisi bersikap reaktif dalam merespon segala kritik, namun kenyataan di lapangan tak seindah teks pidato di Senayan. Inkonsistensi inilah yang melahirkan tanda tanya. Jika ditarik simpul, ketidakkonsistenan ini pun tak luput dari teladan pemimpin Wakanda sendiri. Sebagai contoh, mbuletisasi yang tak kunjung tuntas ialah soal TWK yang menelan korban pegawai dan penyidik terbaik. Kala itu, presiden meminta agar tes tersebut tidak dijadikan penyebab gugurnya status kepegawaian. Tapi, sekelas pimpinan KPK berani membangkang bahkan rekomendasi Komnas HAM dan Ombudsman hanya masuk kuping kanan membal kemudian. Sampai disini presiden tetap bungkam. Pembangkangan yang dibiarkan ini tentu bakal merembet ke instansi lain. Maka jangan heran bila petinggi kepolisian memerintahkan bawahannya untuk tidak reaktif terhadap keberadaan mural yang dianggap penuh kritik malah dicuekin oleh polisi daerah. Kasus pemberangusan mural ini sekaligus cermin bahwa demokrasi memang sudah di tubir jurang. Pada saat suara rakyat tak mampu disalurkan wakilnya yang ada di parlemen, suara rakyat di dinding-dinding bangunan tepi jalan pun juga error not found, tak ditemukan lagi bekasnya. Hal ini begitu memprihatinkan. Sejatinya, mural adalah media mengantarkan pesan moral yang mengajak orang untuk berpikir dan bertindak. Ini pula yang membedakan antara mural seni jalanan dengan aksi-aksi vandalisme.
Wed, 01 Sep 2021 - 08min - 78 - Serius Dalam Agama
Sebagian orang merasa bahwa beragama itu cukuplah dengan sholat, zakat, sedekah, puasa, memperbanyak dzikir, berlaku baik pada keluarga, tidak perlu ‘neko-neko’ (macam-macam), ‘mengurusi’ persoalan politik, menjelaskan kedzaliman yang terjadi agar masyarakat tidak terjatuh kedalamnya, apalagi ngaji masalah negara, ekonomi nasional, dll, bukanlah hal yang penting. Ungkapan tersebut bisa mencerminkan ketidaktahuannya, atau bisa juga mencerminkan kesembronoan dalam beragama, merasa enteng saja memikul amanah agama ini, merasa bahwa dosa-dosa terkait politik, ekonomi, sosial, dll adalah enteng. Padahal shahabat Ibnu Mas’ud r.a berkata: Sesungguhnya seorang mukmin memandang dosa-dosanya seakan-akan ia sedang duduk di bawah gunung dan ia takut gunung tersebut jatuh menimpanya. Dan seorang fajir memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat di hidungnya lalu ia berkata demikian (mengipaskan tangannya di atas hidungnya) untuk mengusir lalat tersebut). (Diriwayatkan al Bukhory dan Muslim).
Wed, 01 Sep 2021 - 08min - 77 - Politik Itu.....
Politik itu, melayani umat sepenuh hati, agar semua hak bisa diberi arti, dan semua kewajiban bisa terpenuhi. Politik itu, mengkondisikan agar semua muslim bisa shalat, meski shalat sendiri adalah persoalan ibadat, bukan persoalan politik bulat-bulat. Politik itu, bagaimana agar setiap manusia mengenal Rabb-nya, tidak cuma yang dekat dengan mushola, atau yang pak ustadz masih saudara. Politik itu, menyelesaikan masalah sosial ekonomi hankam dan budaya, dengan menggerakkan sumber daya manusia yang ada, yang jumlahnya terbatas, dan kualitasnya masih ala kadarnya. Politik itu, bagaimana sebuah aktivitas yang aslinya tampak sederhana, tapi bisa dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar manusia, dan berdampak nyaris sepanjang masa. Politik itu, seni mempengaruhi orang-orang yang semula memusuhi kita, menjadi minimal tidak menghalangi-halangi kita, bahkan lama-lama mendukung kita. Politik itu, bagaimana memprovokasi perlawanan pada penjajahan nyata maupun maya, agar manusia tidak saling memperbudak sesamanya, tetapi hanya menghamba Allah semata. Politik itu, menyampaikan seluruh kebenaran pada orang yang tepat, di tempat yang tepat, di saat yang tepat, dengan uslub dan bahasa yang tepat. Politik itu, ketika logika ilmiah tidak seluruhnya dapat diterima, ketika argumentasi bisnis dimentahkan realita, dan ketika orang-orang bertanya tentang isu rahasia. Politik itu, seni menyelesaikan masalah orang-orang yang bersengketa, tanpa membuat sebagian kehilangan muka, tanpa membuat yang lain bertepuk dada. Politik itu, aktivitas para Nabi yang mulia, untuk mengubah kehidupan manusia dengan kata-kata, agar mereka menjadi hamba-Nya dan rahmat ke seluruh dunia.
Wed, 01 Sep 2021 - 03min - 76 - JANGAN MAKAN NASI KALAU MAU KURUS
Ayo ngaku..siapa yang tidak bisa hidup tanpa nasi?? . Seringkali mendengar kalau nggak makan nasi akan menurunkan berat badan dengan cepat, seakan-akan nasi jadi sumber masalah selama ini . Padahal belum tentu si "nasi" yang salah. Kalau dia dikonsumsi dengan bertanggung jawab maka efek yang diperoleh justru baik . Jadi, tim pemakan nasi..jangan berkecil hati ya .
Wed, 01 Sep 2021 - 05min - 75 - Mitos Air Dingin Merusak Diet
Air Dingin Menaikkan Berat Badan???? . Kalau setelah minum langsung naik ke timbangan..tentu saja berat kita bisa langsung naik . Tapi tahukah kamu kalau air putih / air mineral / air es atau apapun namanya..selama isinya hanya air saja, ternyata dikatakan almost ZERO calorie..jadi tidak akan menambah asupan kalorimu . Konsumsi air dingin berdasarkan beberapa penelitian justru memberikan keuntungan bagi kesehatan, apalagi untuk kamu yang sedang gemar berolahraga . Jadi, mari kita hempaskan mitos-mitos yang masih berseliweran yaaahh...
Wed, 01 Sep 2021 - 04min - 74 - LEBIH BAIK LEBAI DARIPADA ABAI
Siapa yang pernah dibilang lebai selama pandemi ini? Katanya sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Setuju, tapi harus bisa dijelaskan definisi “berlebihan” itu seperti apa. Jika hanya suatu anggapan yang bersifat subjektif ya itu namanya julid bukan bertujuan untuk mengingatkan orang lain ✌️ Sudah sering saya jelaskan, penularan melalui dropet permukaan benda bukanlah jalur utama penularan Covid namun cuci tangan adalah salah satu protokol kesehatan yang sudah lama sekali kita lakukan juga sebelum era pandemi sebagai suatu perilaku hidup bersih dan sehat. Risiko kecil bukan berarti tidak bisa karena penularan Covid adalah dari droplet dan kita tidak bisa melihat droplet tersebut, jadi prinsip “pencegahan” tetap adalah yang terbaik terutama bila kita habis memegang benda-benda yang berisiko terkontaminasi FYI, di negara tropis seperti Indonesia ini, mau anda membersihkan benda ataupun tangan anda berkali-kali tetap saja tidak akan sampai steril 100% karena banyaknya debu dan kotoran di sekitar. Jadi tujuan kita membiasakan hidup bersih sebenarnya terutama untuk mencegah penyebaran infeksi yang berbahaya yang juga banyak di Indonesia, yang menggunakan tangan atau benda sebagai salah satu media penghantarnya. Apalagi di era pandemi, cuci tangan juga termasuk salah satu dari 5M protokol kesehatan yang harus dipahami cara melakukannya dan kapan harus melakukannya supaya apa yang dilakukan memang sesuai dengan target dan tujuan kita yaitu meminimalkan risiko kita tertular/menularkan virus ini ke orang lain. Jadi, tetap maju yah pejuang-pejuang protokol kesehatan. Jangan gentar dibilang lebai. Orang lebai tidak akan pernah merugikan orang lain tapi orang abai sangat merugikan dan membahayakan orang lain. Jadi pilih LEBAI atau ABAI nih
Tue, 31 Aug 2021 - 11min - 73 - COTTON BUD DAN EFEK SAMPINGNYA
Cotton bud merupakan alat yang sudah sangat familiar bagi kita. Alat ini diklaim mampu membersihkan kotoran telinga, sehingga sebagian orang menjadikannya ritual rutin yg dikerjakan tiap hari. Ada yang emang niatnya membersihkan, ada pula yang hanya iseng korek korek karena udah "nge fly" sampe ketagihan. Podcast kali ini bakal sharing mengenai penggunaan cotton bud. Apakah aman? Efek sampingnya gimana? Kok pakai cotton bud bisa bikin nagih? dan gimana cara membersihkan kotoran telinga dengan aman?
Tue, 31 Aug 2021 - 07min - 72 - Telinga Berdengung, Mitos Atau Fakta Karena Digosipin
Keluhan telinga mendenging mungkin sebagian dari kita sudah pernah merasakan ya? Telinga berdenging/berdengung ini bisa berlangsung dalam waktu yang lama atau dalam waktu singkat dan dapat terjadi hanya di telinga kanan, telinga kiri, atau pada kedua telinga. ❓❓Apakah benar telinga mendenging ini disebabkan krn kita sedang di omongin/digosipin orang ya?😁 Nah mari cek Fakta2 terkait telinga mendenging (Tinnitus).
Tue, 31 Aug 2021 - 04min - 71 - SEKOLAH TATAP MUKA DAN COVID-19
SEKOLAH TATAP MUKA AKAN DIBUKA KEMBALI: APA PENCEGAHAN YANG TERBUKTI EFEKTIF UNTUK PENULARAN AIRBORNE? Sekolah tatap muka akan kembali dibuka di DKI Jakarta dan tidak mustahil juga akan diikuti oleh daerah-daerah lain di Indonesia. Penelitain terbaru menunjukkan terdapat beberapa tindakan yang dapat menurunkan risiko paparan Covid-19 di sekolah. Jadi bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan di sekolah untuk mencegah penularan Covid-19 secara airborne? Yuk simak penjelasan lebih lengkapnya di podcast ini! Silakan share podcast ini kepada teman, keluarga, atau sekolah anak-anak kalian agar bisa membantu menurunkan risiko penularan Covid-19 di sekolah yaa
Tue, 31 Aug 2021 - 11min - 70 - GAYA CERDAS ABU BAKAR DALAM BERTAKWA
Suatu ketika Abu Bakar ash-Shiddiq ra. melihat seekor burung yang hinggap di sebuah pohon. Sepontan beliau berkata, “Wahai burung, betapa nikmatnya kamu. Kamu makan dan minum, sementara kamu tidak dihisab. Andai saja aku menjadi burung seperti kamu.” (Al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman, II/345; as-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa’, I/41; Kanz al-‘Umal, XII/528). Abu Bakar ash-Shiddiq ra. adalah salah seorang Sahabat Nabi saw. yang dijamin masuk surga. Namun, beliau tetap merasa khawatir akan hisab Allah SWT pada Hari Akhir nanti. Begitu khawatirnya, beliau berandai-andai ditakdirkan menjadi seekor burung agar tidak dihisab oleh Allah SWT. Namun, justru karena kekhawatiran akan hisab Allah SWT itu pula, beliau berusaha menjadi pribadi yang selalu bertakwa. Berupaya selalu bertakwa tentu adalah pilihan amat cerdas. Sebaliknya, banyak melakukan dosa dan maksiat adalah pilihan sangat bodoh. Itu pula yang dinyatakan oleh Sayidina Abu Bakar ash-Shiddiq ra., “Inna akyas al-kays at-taqwa wa ahmaq al-humqi al-fujur (Sungguh, kecerdasan yang paling cerdas adalah takwa, dan kebodohan yang paling bodoh adalah maksiat).” (Al-Baihaqi, As-Sunan al-Kubra, VI/353). Mengapa demikian? Sebab, takwa akan meringankan pelakunya dari hisab Allah SWT sekaligus memasukkan dirinya ke dalam surga-Nya. Sebaliknya, dosa dan maksiat akan menyulitkan pelakunya dari hisab Allah SWT sekaligus memasukkan dirinya ke dalam azab neraka. Alhasil, orang cerdas bukanlah orang yang ber-IQ tinggi, atau mempunyai catatan prestasi akademik di bangku kuliah dengan nilai IPK yang mumpuni, atau memiliki gelar akademik S-2 atau S-3 dari perguruan tinggi bergengsi di dalam atau luar negeri. Orang cerdas adalah orang yang selalu bertakwa kepada Allah SWT; orang yang hidupnya selalu diisi dengan ketaatan kepada Allah SWT, bukan dengan ragam dosa dan kemaksiatan.
Tue, 31 Aug 2021 - 12min - 69 - GAYA SEDEKAH AISYAH RA
Tak ada lagi waktu untuk menimbang-nimbang. Tak ada masanya lagi untuk berpikir ulang. Dasarnya hanyalah satu keyakinan: Rezeki tak akan berkurang karena sedekah. Sebaliknya, sedekah pasti membawa berkah, selain akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Pada akhirnya, kita tak ragu lagi untuk menolong agama Allah SWT ini, juga untuk berbagi dengan kaum dhuafa; tentu tanpa rasa takut jatuh miskin. Bahkan hidup sederhana kini menjadi obsesi kita, sebagaimana yang telah secara gamblang dicontohkan oleh Ummul Mukminin Aisyah ra. di atas, juga para Sahabat Nabi saw. yang lain, termasuk tentu saja sebagaimana yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah saw. Menjadi kaya tak lagi menjadi orientasi utama. Menumpuk-numpuk harta tak lagi menjadi obsesi di dalam dada. Dari keempat tipikal di atas, kita termasuk yang mana?
Tue, 31 Aug 2021 - 11min - 68 - Gaya Adabnya Para Ulama
Suatu ketika Imam Yahya bin al-Qaththan, setelah melaksanakan shalat ashar, bersandar di bawah menara masjid beliau. Di sekitar beliau ada Ali bin al-Madini, asy-Syadzakuni, Amru bin Ali, Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Main serta ulama lainnya yang ingin berguru kepada beliau. Mereka berdiri hingga menjelang shalat magrib. Saat itu Imam Yahya bin al-Qaththan tidak meminta mereka untuk duduk. Karena itu mereka pun enggan untuk duduk dalam rangka menghormati guru (Al-Jami’ al-Akhlaq ar-Rawi wa Adab as-Sami’, hlm. 78). Demikianlah cara ulama terdahulu menghormati guru mereka. Mereka tetap memilih berdiri meski dalam waktu yang cukup lama, sebelum sang guru mempersilakan mereka duduk. Di lain waktu, Imam al-Fara’—seorang ulama Kufah yang paling pandai dalam ilmu nahwu dan sastra—diminta oleh Khalifah Makmun untuk mengajarkan ilmu nahwu untuk kedua putranya. Ketika beliau selesai mengajar dan beranjak untuk pergi, kedua anak Khalifah itu berebut untuk membawakan sandal Imam al-Fara’ sebagai bentuk penghormatan mereka kepada sang guru. Mengetahui hal itu, Imam al-Fara’ akhirnya meminta kepada kedua anak itu masing-masing membawa satu sandal hingga keduanya sama-sama menyerahkan sandal kepada beliau (Wafayat al-A’yan, 2/228). Tidak hanya murid terhadap guru, adab juga acapkali ditunjukkan oleh ulama kepada ulama lainnya. Imam Syafii rahimahullah—seorang ulama besar sekaligus imam mujtahid—pernah suatu saat melaksanakan shalat subuh di dekat makam Imam Abu Hanifah. Saat itu ia memilih tidak melaksanakan qunut subuh dalam rangka menjaga adab terhadap Imam Abu Hanifah yang berpendapat bahwa qunut subuh tidak disyariatkan (Ad-Dahlawi, Al-Inshaf fi Bayan Asbab al-Ikhtilaf, hlm. 110). Demikianlah, betapa para ulama besar di zaman terdahulu amat hormat kepada ulama lainnya, meski berbeda pendapat. Bahkan terhadap ulama yang sudah wafat pun adab itu tetap dijaga. Adab yang sama ditunjukkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal. Selama ini beliau berpendapat mengenai keharusan membaca basmalah (saat membaca surat al-Fatihah) secara sirr (pelan dan hanya diri sendiri yang mendengar) dalam salat. Namun, di wilayah tertentu beliau berpendapat, “Dibaca jahr (dengan suara jelas yang bisa didengar oleh orang lain) basmalah jika berada di Madinah.” Ibnu Taimiyah menyimpulkan bahwa Imam Ahmad kadang-kadang meninggalkan beberapa perkara sunnah demi alasan persatuan dan menghindari perpecahan. Alasannya, menyatukan hati umat lebih agung dalam agama dibandingkan dengan beberapa perkara sunnah (Risalah al-Ulfah bayna al-Muslimin, hlm. 47 dan48)
Mon, 30 Aug 2021 - 11min - 67 - Gaya Kerja Kerasnya Ulama Dalam Meraih Ilmu
Merenungkan fenomena kehebatan para ulama di atas, mungkin benar kata Thomas Alfa Edison, sukses itu 1% bakat/kecerdasan, 99% sisanya adalah kerja keras. Adagium ini ia buktikan sendiri. Konon Edison menjadi penemu lampu pijar (listrik) setelah melakukan percobaan tidak kurang 1000 kali! Kata-kata bernas Edison di atas sering dikutip oleh para motivator dan trainer saat ini. Sayang, kata-kata sarat hikmah ini sering hanya dikaitkan dengan orientasi-orientasi yang berdimensi duniawi dan profan; jarang dikaitkan dengan orientasi-orientasi yang lebih berdimensi agamis dan keilmuwan. Padahal apa yang ditegaskan Edison sebenarnya telah dipraktikan oleh para ulama besar Islam generasi salafush-shalih terdahulu, sebagaimana sedikit kisahnya terpapar di muka. Bagaimana dengan kita? Berapa puluh atau ratus kali kita mengulang membaca Kitab Nizham al-Islam, Nizham al-Hukmi fi al-Islam, An-Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam, dan puluhan kitab lainnya yang merupakan aset berharga yang kita miliki? Tampaknya, mayoritas kita telah merasa cukup kitab-kitab itu dikaji satu atau dua kali hanya dalam halaqah mingguan. Pantaslah jika kita tak akan pernah bisa menjadi orang-orang hebat seperti mereka.
Mon, 30 Aug 2021 - 15min - 66 - Gaya Tobatnya Imam Fudhail bin 'Iyadh
Fudhail bin Iyadh banyak memberikan nasihat bijak dan bernas. Tentang ikhlas, misalnya, Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “Meninggalkan amal shalih karena manusia adalah riya. Beramal shalih karena manusia adalah syirik. Ikhlas adalah keterbebasan dari keduanya.” (An-Nawawi, Al-Adzkâr, hlm. 7). Tentang tawaduk, Fudhail berkata, “Tawaduk itu engkau tunduk dan patuh pada kebenaran, dari mana pun datangnya.” Tentang bagaimana wujud sabar dalam menghadapi musibah, Fudhail berkata, “Dengan tidak menceritakannya.” (Abu Nu’aim, Hilyah al-Awliyâ’, 8/91). Adapun tentang iman yang sempurna, Fudhail berkata, “Seorang hamba tidak akan menggapai hakikat iman kecuali setelah menganggap musibah sebagai nikmat dan nikmat sebagai musibah (Abu Nu’aim, Hilyah al-Awliya’, 8/94). Seseorang pernah berkunjung kepada Fudhail untuk meminta nasihat. Ia pun berkata, “Kosongkan hatimu dari yang lain kecuali rasa takut dan tangismu kepada Allah SWT. Jika keduanya sudah bersarang di hatimu, takut dan tangis itu akan membentengi kamu dari melakukan maksiat dan menjauhkan dirimu dari api neraka.” Ia pun pernah berkata, ”Manusia yang paling dekat dengan Allah adalah yang paling takut kepada-Nya. Manusia tidak akan sempurna hingga agamanya mampu mengalahkan nafsunya. Manusia tidak akan binasa hingga nafsunya mengalahkan agamanya.” (Syaikh Ahmad Farid, Min A’lam as-Salaf). Fudhail bin ‘Iyadh termasuk ulama yang berusaha menjauhi para penguasa. Terkait sikapnya ini ia pernah berkata, “Seseorang mendekati bangkai yang berbau busuk jauh lebih baik daripada mendekati para penguasa.” Namun demikian, terkait para penguasa pula, Fudhail pernah berkata, “Jika aku punya doa mustajab, doa itu akan kupakai untuk mendoakan penguasa.” Orang-orang bertanya, “Mengapa begitu, wahai Abu Ali?” Jawab Fudhail, “Jika doa mustajab tersebut kupakai untuk diriku sendiri, aku tidak akan mendapatkan balasan. Namun, jika kupakai untuk mendoakan penguasa maka baiknya penguasa akan berdampak baik bagi rakyat dan negeri.” (Abu Nu’aim, Hilyah al-Awliyâ’, 8/91). Fudhail bin ‘Iyadh wafat pada tahun 187 H dalam usia 80 tahun
Mon, 30 Aug 2021 - 10min - 65 - GAYA HIDUP IMAM LAITS BIN SAAD
Seorang Ulama yang luar biasa, gaya hidupnya pun tak biasa. Dialah Imam al-Laits bin Saad. Kehidupannya dipenuhi dengan limpahan keberkahan karena kebiasaannya dalam mencari ilmu, menyebarkan ilmu hingga sifat kedermawanannya. Imam al-Laits wafat sekitar tahun 175 H. Terkait wafatnya Imam al-Laits, Imam Syafii pernah berdiri di sisi kuburannya seraya berkata, “Demi Allah, wahai Imam, engkau telah mengumpulkan empat sifat yang tidak dimiliki ulama lainnya: ilmu, amal, zuhud dan kedermawanan.”
Mon, 30 Aug 2021 - 11min - 64 - KOMEDI STANDAR GANDA FEMINISME
Gaya pembelaan hak perempuan yang dilakukan oleh Pejuang Feminisme ternyata sejatinya hanyalah untuk memperjuangkan Hawa nafsunya saja. Akhirnya standar ganda pun tanpa malu dilakukan berkali-kali.
Wed, 25 Aug 2021 - 07min - 63 - ISTRI ITU HEBAT
Istri itu hebat, bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu. Bagaimana jika seorang suami yang melakukannya? Kisah komedi ini akan sedikit menggambarkannya.
Mon, 23 Aug 2021 - 05min - 62 - MENANTI AYAM JANTAN BERTELURSun, 22 Aug 2021 - 05min
- 61 - Canda Rasulullah
Rasulullah SAW dikenal punya pribadi yang santun dan mulia. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, Rasulullah Muhammad SAW tidak selalu berurusan dengan hal-hal serius. Banyak pula kejadian lucu yang dialami Rasulullah kala dikelilingi para sahabatnya.Para sahabat Rasulullah punya tabiat yang berbeda-beda. Ada Abu Bakar As Shiddiq yang terkenal tenang dan tegas, Umar bin Khattab yang sangat garang tapi mudah tersentuh, ataupun Ali bin Abi Thalib yang cerdas tetapi suka iseng.Rasulullah sendiri pernah jadi korban kejailan Ali. Akan tetapi, Rasulullah akhirnya berhasil membalas keisengan sahabat yang juga menantunya itu.
Sun, 15 Aug 2021 - 03min - 60 - Isteri Itu Bukan Pembantu
Renungan tentang keluhan isteri yang seringkali melakukan hal yang sebaliknya dari yang diinginkannya.
Sun, 15 Aug 2021 - 04min - 59 - LAMARANMU KUTOLAK!
Kisah unik antara pemuda dan pemudi yang akan melangsungkan pernikahan tanpa melewati proses pacaran.
Wed, 11 Aug 2021 - 04min - 58 - Hijrah Bareng-Bareng
Hijrah sendirian itu berat, Hijrah Bareng-Bareng itu meringankan, menyenangkan dan banyak keberkahan.
Sun, 08 Aug 2021 - 06min - 57 - Bukannya Sok Tahu....
Ketika hijrah telah dipilih, semangat mengkaji pun menggebu. Termasuk semangat mengajak orang lain untuk ikut Hijrah juga. Namun...respon orang lain seringkali tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Label Sok Tahu, sok suci, sok alim...menjadi tersemat didalam diri dari mereka yang kurang suka terhadap ajakan kita untuk Hijrah.
Sun, 08 Aug 2021 - 10min - 56 - UJIAN BERPAKAIAN SYAR'IE
Bagi wanita muslimah, memakai penutup aurat secara sempurna menjadi kewajiban yang harus dilakukan setelah ia aqil baligh. Bagi yang baru Hijrah setelah dewasa dan baru saja memakai pakaian syar'ie, maka ia akan mengalami fase transisi merubah pakaiannya. Proses itu pun menjadi ujian tersendiri dalam menjaga keistiqomahan setelah hijrahnya. Simak kisahnya di Teras Hijrah.
Thu, 05 Aug 2021 - 12min - 55 - MENGGANTI TEMAN NGOPI
Setelah kita memutuskan untuk hijrah, saat ingin melangkah dalam keistiqomahan maka ujian yang sering dialami adalah: kenapa teman saya seperti menjauh dan tidak lagi mengajak saya untuk kumpul bareng? Simak penjelasannya dalam podcast Teras Hijrah ini.
Thu, 05 Aug 2021 - 10min - 54 - GANTI BACAAN
Your mind is what you read. If you want to change your mind, change what you read. Mengganti bacaan akan merubah wawasan dan pandangan kita terhadap dunia. Then....read more.
Tue, 03 Aug 2021 - 17min - 53 - MOMENT HIJRAHKU
Edisi spesial di Teras Hijrah kali ini dibuat untuk memenuhi Podcast Project membuat stories. Dan untuk kali ini akan disampaikan kisah tentang: "Moment Hijrahku". Selamat menyimak......semoga bermanfaat
Mon, 02 Aug 2021 - 13min - 52 - Memperbaiki Masa Lalu Menyongsong Masa Depan
Diantara tanda diterimanya amal seseorang adalah adanya perubahan dalam diri orang tersebut kearah yang lebih baik. Imam Ibnu Rajab menyatakan: Ganjaran perbuatan baik adalah (mendapatkan taufik untuk melakukan) perbuatan baik setelahnya. Maka barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan, lalu dia mengerjakan amal kebaikan lagi setelahnya, maka itu merupakan pertanda diterimanya amal kebaikannya yang pertama.” (Ibn Rajab, Lathâ-iful Ma’arif, hal. 221). * Berbagai masalah kita hadapi dalam hidup ini, namun kita hanya punya dua pilihan: memilih jalan memperturutkan hawa nafsu, atau sebaliknya memilih jalan ketaatan dalam sikap, prilaku dan perkataan kita. Ketika kita memilih memperturutkan hawa nafsu, yakinlah bahwa jalan ini akan berujung pada kesengsaraan; tidak lagi bisa menikmati pelampiasan nafsu tersebut, namun sulit meninggalkannya, lebih dari itu, kelak di akhirat akan menghadapi bencana yang lebih besar. Imam Ibnu al Jauzy (w. 597H), dalam kitab Dzammul Hawa, hal 13: “Karena inilah kalian melihat pecandu khomer dan jima’ tidak bisa menikmati (walau hanya) 1/10 nikmatnya orang yang belum kecanduan. Namun karena kebiasaannya sudah seperti itu, dia pun menjatuhkan dirinya dalam kebinasaan untuk mendapatkan apa yang sudah menjadi kebiasaannya.” Menuruti hawa nafsu hanya akan menjadikan seseorang celaka di saat mendambakan kebahagian, menjadikannya sedih di saat mengira akan dapat kesenangan, menjadikannya sakit di saat menginginkan kenikmatan. Ketika kita memilih jalan ketaatan, walaupun mungkin itu berat bagi nafsu kita, namun yakinlah bahwa dalam beratnya itu ada kelezatan, dan setelahnya juga ada kelezatan. “Sesungguhnya kelelahan dalam berbuat taat akan sirna tapi pahalanya akan tetap ada. Dan sesungguhnya kenikmatan dlm bermaksiat akan sirna namun siksanya akan tetap ada.” Sesungguhnya dunia ini akan sirna, namun kebaikan dan kemaksiatan kita akan tetap dibalas-Nya. Sesungguhnya jabatan dan kekuasaan juga akan sirna, yang tersisa adalah pertanggungjawabannya, kelak dihari tiada pengacara yang akan mampu membela, hari dimana jari jemari, kulit, dan tembok bersaksi. Apakah mereka memberatkan atau meringankan kita, itu semua ditentukan oleh pilihan hidup kita sekarang, ya sekarang!
Fri, 30 Jul 2021 - 08min - 51 - KAPAN TIBANYA SAAT ISTIRAHAT?
Kapan Tibanya Saat Beristirahat? Ketika sebuah tugas yang dirasa besar dan berat sudah selesai dilakukan, ketika ketaatan demi ketaatan telah ditunaikan, ketika merasa diri telah banyak berkontribusi dalam perjuangan, tidak jarang timbul dalam pikiran seseorang, “sekaranglah saatnya beristirahat sejenak”. Sebaliknya adakalanya seseorang ketika semua usahanya mentok, tidak membuahkan hasil, lalu menjumpai jalan yang dilalui semakin terjal dan berduri, teman perjalanan juga sudah enggan turut mendaki, lalu terlintas dalam hati: “aku lelah dengan upaya ini, sebaiknya istirahat saja”. Padahal Al Hasan bin Shalih rahimahullah pernah menyatakan: "Sesungguhnya syaithan bisa (memancing dengan) membukakan 99 pintu kebajikan, agar masuk ke satu pintu keburukan yang syaithan inginkan." Bisa jadi syaithan memang tidak begitu menghalang-halangi berbagai macam upaya keta’atan hingga akhirnya menghasilkan kesuksesan, namun ada ujung yang dinantinya, yang diharapkannya, semisal munculnya rasa ‘ujub/berbangga diri dg melalaikan pemberi nikmat, atau yang diinginkannya adalah munculnya sikap sudah cukup sehingga selanjutnya istirahat. Suatu ketika Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah ditanya: "Kapan seorang hamba dapat mengecap (waktu) istirahat? Maka beliau menjawab: saat pertama kali kaki dia menginjak surga." Simak selengkapnya di telegram Teras Hijrah: https://t.me/terashijrah #kapan #tibanya #saat #beristirahat #terashijrah
Wed, 28 Jul 2021 - 12min - 50 - MIMPI
Setiap orang tentu pernah bermimpi, mimpi baik atau buruk. Mimpi baik tentu menyenangkan; bermimpi menjadi pejabat, menjadi pengusaha sukses, menjadi orang terkenal, menjadi kaya; memiliki rumah mewah, mobil mahal, tabungan berlimpah, dll. Namun, karena hanya mimpi, rasa senang itu tentu sesaat. Ketika terjaga dari tidur, semua itu lenyap. Rasa senang pun tak ada bekasnya. Yang ada tinggal senyum simpul, atau mungkin malah rasa sesal, mengapa semua itu hanya ada dalam mimpi? Semua yang menyenangkan di alam mimpi itu ternyata semu belaka. Sebaliknya, mimpi buruk tentu menyesakkan dada; bermimpi dikejar-kejar binatang buas, ditinggal orang yang dicintai, ditimpa bencana besar seperti tsunami, dll. Namun, rasa sesak di dada itu tentu hanya sejenak pula. Saat terjaga dari tidur, semua itu sirna. Yang ada malah rasa lega, bahkan rasa syukur, karena semua itu tidak benar-benar terjadi, hanya sebatas mimpi. Semua yang menyesakkan dada di alam mimpi itu ternyata juga palsu belaka. Namun, sadarkah kita, bahwa hidup di dunia fana ini pun hakikatnya seperti mimpi? Pangkat, jabatan, kekuasaan, kekayaan, kesenangan dan segala kebahagiaan di dunia ini pada dasarnya semu; bukan sesuatu yang hakiki. Suatu saat, tentu saat kita meninggalkan dunia ini dan menghadap ke haribaan-Nya, semua itu hanya tinggal mimpi, tinggal kenangan dan menjadi tak nyata. Demikian pula kemiskinan, kesengsaraan, kesulitan dan segala penderitaan. Semuanya palsu. Semuanya bakal tinggal mimpi, tinggal kenangan dan menjadi tak nyata saat kita meninggalkan dunia ini dan menghadap kepada Allah SWT di Hari Akhirat nanti. Kesenangan dan segala kebahagiaan hakiki tetaplah hanya di Akhirat nanti. Demikian pula kesengsaraan dan segala penderitaan hakiki. Maka dari itu, benarlah pernyataan Imam Ali kw., sebagaimana dikutip oleh Imam Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi, “An-Nas niyam[un], idza matu intabahu [Manusia itu tidur. Jika mati, dia terjaga].” (As-Suyuthi, Syarh ash-Shudur bi Syarh al-Mawta wa al-Qubur, hlm. 30). Melalui pernyataannya ini, Imam Ali kw. tegas ingin mengatakan, bahwa di dunia ini kebanyakan manusia tidak dalam keadaan sadar, seperti orang yang tidur atau bermimpi. Hidupnya ia habiskan untuk urusan dunia: mengejar pangkat, jabatan, kekuasaan, harta, perempuan, dan kepuasan material yang sesaat dan tidak seberapa. Tak jarang, untuk mengejar semua impiannya itu, ia tak peduli halal-haram, pahala-siksa, surga atau neraka. Pada saat yang sama, justru ia melupakan upaya untuk memperbanyak amal salih demi bekal di alam akhirat. Ia lupa, ia tak sadar, bahwa kebahagiaan hakiki dan nyata adanya di akhirat, tentu saat ia mampu meraih surga dan mereguk segala kenikmatan di dalamnya dengan amal-amal salih yang dia lakukan saat di dunia. Dia baru ‘terjaga’ saat justru ajal menjemputnya. Saat itu, dia baru menyadari bahwa semua yang dia raih saat hidup dunia—pangkat, jabatan, kekuasaan, harta, wanita, dll—hanyalah semu; semuanya tinggal mimpi; semuanya tinggal kenangan. Saat itu dia pun menyesal. Keadaan ini persis seperti yang digambarkan oleh Baginda Nabi Muhammad saw., “Tidaklah seseorang meninggal, kecuali dia pasti menyesal.” Sahabat bertanya, “Apa yang dia sesalkan, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Jika dia pelaku kebaikan, dia akan menyesal, mengapa dia tidak melakukan lebih banyak lagi kebaikan. Jika dia pelaku keburukan, dia akan menyesal, mengapa dia tidak sejak awal berhenti melakukan keburukan.” (HR at-Tirmidzi). Baginda Rasulullah saw. pun mengingatkan kita, bagaimana keadaan kita saat meninggalkan dunia ini. “Setiap orang yang mati itu,” sabda beliau, “akan diiringi oleh tiga perkara; dua perkara akan meninggalkannya di belakang, sementara satu perkara akan tetap menyertainya hingga ke liang lahat. Tiga perkara yang mengiringi orang mati itu adalah: keluarganya, hartanya dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan kembali, sementara amalnya akan tetap menyertai dirinya.” (HR Muslim).
Tue, 27 Jul 2021 - 12min - 49 - Adil Pada Anak, Wajibkah?
Sekarang lagi rame orang menuntut keadilan. Gegara klaim tak sengaja, dengan mudahnya sanksi dikurangi. Sampai-sampai bukan hanya tokoh dan sesepuh tapi comedian yang unyu-unyu pun ikutan unjuk gigi. Mengapa? Karena masalah keadilan ini sangat-sangat sensitif.
Tanpa sadar, kita orangtua adalah hakim rumahan yang juga kerap dikomplain “tidak adil”. Atau kita sendiri pernah/ sedang merasakan lebih sayang pada salah satu anak-anak kita. Lalu bagaimana? Dosakah?
Berat Sebelah itu Fitrah
“(yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.” (QS. Yusuf)
Masya Allah ternyata bukan hanya kita lho yang punya kecendrungan berbeda, seorang Nabi Allah saja pernah mengalami hal seperti ini. Allah swt sendiri berfirman, “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian…” (QS. An-Nisa: 129)
Dari ayat di atas diketahui bahwa perasaan sayang itu berada di luar kuasa kita sebagai manusia untuk mengaturnya, melainkan Allah. Hal ini pun dikabarkan Allah dalam firmannya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96)
Manurut para mufasir ayat tersebut mengandung makna Allah swt akan mengadakan rasa cinta dan sayang di hati-hati manusia pada orang-orang yang beriman dan beramal soleh.Sun, 18 Jul 2021 - 1h 43min - 48 - FITRAH HIJRAH
Hijrah itu Fitrah Yes... Taat kepada aturan Allah itu sesuai dengan Fitrah manusia Karenanya Hijrah kembali taat kepadaNya adalah hal yang sesuai Fitrah. Teras Hijrah's Talk edisi perdana ini akan mengundang ibu Sri Purwaningsih Tanjung untuk berbagi kisah. "Kita mulai dari Nol" itulah kalimat ajakan sang suami kepada istrinya yang kemudian disambut dengan deraian airmata namun hati yang penuh keikhlasan menuju jalan Hijrah. Pemilik brand kosmetik Sri Tanjung Riau dan ST30+ ini ternyata memiliki kisah yang luar biasa di balik perjalanan hidupnya.
Sun, 18 Jul 2021 - 1h 35min - 47 - PETA HIDUP KITASun, 27 Jun 2021 - 1h 36min
- 46 - CONDONG KEPADA ORANG ZALIM
Salah satu ayat dalam surat Hud berbicara tentang larangan hati dari condong kepada orang zalim. Allah berfirman: وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ Dan janganlah kalian cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kalian disentuh api neraka, dan sekali-kali kalian tiada mempunyai seorang penolong pun selain dari Allah, kemudian kalian tidak akan diberi pertolongan. (QS. Hud: 113) Imam al Qurthuby mengutip Ibnu Zaid bahwa: الرُّكُونُ هُنَا الْإِدْهَانُ “(makna) ar Rukûn (cenderung) dalam ayat ini adalah al id-hân (menjilat)” (Tafsir al Qurthuby, 9/108) Ayat ini memang berat, hingga walau hanya ayat ini saja, kalau difikirkan betul-betul, sudah cukup membuat rambut kita ‘beruban’, apalagi jika ditambah ayat-ayat yang lainnya. Bagaimana tidak berat, lewat ayat ini Allah bukan saja melarang kita berbuat zalim, bukan sekedar melarang condong kepada kezaliman, namun melarang hati condong kepada orang yang berbuat zalim, padahal orang yang berbuat zalim kadang-kadang adalah teman baik kita, atau mereka atasan kita, atau justru penguasa, dan Allah tetap mengancamnya dengan ‘fa tamassakumun nâr’ (api neraka akan menyentuh kalian).
Mon, 17 May 2021 - 11min - 45 - PUASA SUNNAH SYAWAL
Bagaimana hukum puasa Sunnah enam hari di bulan syawal? Manakah yang harus didahulukan, puasa qadha' Ramadhan atau puasa Sunnah Syawal? Dan apakah diperbolehkan menggabungkan dua atau beberapa niat puasa sekaligus? Mari kita simak penjelasannya.....
Sun, 16 May 2021 - 09min - 44 - 'BEKAS' RAMADHAN
Saat ini kita di penghujung bulan Ramadhan, sudah banyak Ramadhan yang kita lalui, namun sudahkah kita merenungi: Bekas-bekas kebaikan apa yang tersisa pada diri kita setelah keluar dari bulan Ramadhan?, apakah setelah Ramadhan kita kembali ke ‘settingan’ awal?. Pernah dikatakan kepada Imam Bisyr bin al-Hârits al-Hâfi tentang orang-orang yang (hanya) rajin dan sungguh-sungguh beribadah di bulan Ramadhan, maka beliau menjawab: بئس القوم لا يعرفون لله حقا إلا في شهر رمضان إن الصالح الذي يتعبد ويجتهد السنة كلها “seburuk-buruk kaum adalah orang-orang yang tidak mengenal hak Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan, sesungguhnya orang yang shalih adalah orang yang beribadah dan bersungguh-sungguh tiap tahun secara penuh.” (Ibn Rajab, Lathâ-iful Ma’arif, hal. 222).
Wed, 05 May 2021 - 08min - 43 - AMBISI DUNIAWI
Jika ambisi duniawi begitu membahayakan kehidupan kita, mengapa tidak sedikit orang menjadikan dunia baik berupa jabatan, harta, popularitas ataupun kesenangan seksual sebagai tujuan hidupnya?. Ia melakukan atau tidak melakukan sesuatu tergantung penawaran “wani piro?”, jika mendapatkan banyak “bunga dunia” dia akan lakukan, yang awalnya dibencipun akan berbalik dicintai dan didukung, sebaliknya jika tidak ada “bunga dunia” yang akan didapatkan, apalagi jika membahayakan harta atau popularitasnya maka tidak akan dilirik apalagi dilakukan. Sebab utama yang menjadikan hal tersebut adalah lupa akan hari akhir dan kedahsyatannya, lupa bahwa kenikmatan yang diberikan Allah akan dimintai pertanggungjawaban, lupa bahwa kenikmatan tersebut bisa diambil oleh pemberinya kapan saja, ia bisa mati kapan saja walaupun dia sehat. Dikisahkan bahwa Imam al Hasan al-Bashri r.a pernah berjalan melewati orang-orang yang sedang tertawa-tawa. Lalu beliau bertanya kepada orang itu, “Saudaraku, apakah engkau pernah melewati titian akhirat (sirath) ?” Orang itu menjawab, “Belum.” Lalu, beliau bertanya kembali, “Kalau begitu, kenapa engkau tertawa seperti ini, padahal hari-hari kelak amatlah sulit ?” Ambisi duniawi, jika itu merasuki jiwa ‘ulama maka rusaklah ‘ulama tersebut, halal-haram bisa ditetapkan tergantung ‘negosiasi’, kewajiban bisa disembunyikan asal cocok ‘harganya’ , ketika ‘ulamanya rusak maka rusaklah penguasanya, dia bisa melegalkan apa yang diharamkan Allah dan sebaliknya, ketika ini terjadi maka rusaklah urusan rakyat, mereka hidup dalam sistem yang menjauhkan mereka dari ketaatan kepada Allah swt. Ingin bermaksiyat dipersilakan bahkan difasilitasi dan dibuatkan aturannya, ingin taat juga dipersilakan, walaupun sebagian ketaatan dipersulit, atau dilarang. Inilah yang disinggung oleh Imam al Ghazali dalam kitabnya, Ihya’ Ulumiddin, juz 2, hal.357: ففساد الرعايا بفساد الملوك وفساد الملوك بفساد العلماء وفساد العلماء باستيلاء حب المال والجاه ومن استولى عليه حب الدنيا لم يقدر على الحسبة على الأراذل فكيف على الملوك والأكابر “Kerusakan masyarakat itu akibat kerusakan penguasa, dan kerusakan penguasa akibat kerusakan ‘ulama. Adapun kerusakan ‘ulama akibat digenggam cinta harta dan jabatan. Siapa saja yang digenggam oleh cinta dunia niscaya tidak mampu mengoreksi (melakukan hisbah) terhadap (masyarakat kelas) rendah, bagaimana mungkin dia dapat mengoreksi penguasa dan para pembesar.” [2] Namun demikian kenikmatan duniawi tidaklah diharamkan sama sekali, yang perlu diingat adalah bahwa semua nikmat tersebut akan dimintai taggungjawab di akhirat kelak, dengan cara apa memperolehnya dan dalam rangka apa digunakannya. Allahu A’lam.
Tue, 04 May 2021 - 09min - 42 - KUNCI SUKSES RAMADHAN
Sukses meraih secara maksimal keutamaan pahala amal salih yang dilipatgandakan seperti yang Allah SWT janjikan. Jika kesempatan terbatas itu terlewatkan, tentu itu merupakan kerugian. Karena itu sudah seharusnya setiap Muslim memperbanyak amal shalih selama Ramadhan. Bentuknya bisa berupa: tadarus al-Quran; memperbanyak shalat sunnah; membayar zakat dan meningkatkan sedekah; iktikaf, qiyamul lail, amar makruf nahi mungkar; dan amal-amal taqarrub lainnya. Namun demikian, amal shalih yang paling utama di sisi Allah SWT adalah apa saja yang Dia wajibkan. Dalam sebuah hadis Qudsi Allah SWT berfirman: مَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِمِثْلِ مَا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ Tidaklah hamba-Ku bertaqarub kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih utama daripada apa yang Aku fardhukan atas dirinya. Hamba-Ku terus bertaqarrub kepada-Ku dengan amal-amal nawafil hingga Aku mencintai dirinya (HR al-Bukhari, Ibnu Hibban dan al-Baihaqi). Karena itu amal-amal fardhu tentu harus diprioritaskan sebelum amal-amal sunnah. Ibn Hajar al-‘Ashqalani menyatakan di dalam Fath al-Bari, sebagian ulama besar mengatakan, “Siapa saja yang fardhunya lebih menyibukkan dia dari nafilah-nya maka dia dimaafkan. Sebaliknya, siapa yang nafilah-nya menyibukkan dia dari amal fardhunya maka dia telah tertipu.”
Thu, 15 Apr 2021 - 15min - 41 - TAKWA, KUNCI PENYELESAI MASALAH
Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah berwasiat kepada sebagian pekerjanya, “Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah dimana saja Engkau berada. Sesungguhnya takwa kepada Allah adalah persiapan yang paling baik, makar yang paling sempurna, dan kekuatan yang paling dahsyat. … Dan janganlah karena permusuhan seseorang dari manusia menjadikan kalian lebih perhatian kepadanya daripada perhatian kalian terhadap dosa-dosa kalian. Janganlah kalian katakan bahwa musuh-musuh kita lebih jelek keadaannya daripada kita dan mereka takkan pernah menang atas kita sekalipun kita banyak dosa. Berapa banyak kaum yang dihinakan oleh musuh-musuhnya yang lebih jelek dari kaum itu karena dosa-dosa kaum tersebut. Mintalah kalian pertolongan kepada Allah atas diri-diri kalian, sebagaimana kalian meminta pertolongan kepada-Nya atas musuh-musuh kalian…”(Abu Nu’aim, Al Hilyah, juz 5 hal 303). Takwa inilah prinsip utama yang harus dipegang oleh seorang muslim dalam mengatasi sebuah persoalan, dalam kapasitas apapun keberadaan dirinya, baik sebagai rakyat maupun pejabat, sebagai yang dipimpin maupun yang memimpin. Ketakwaan yang bukan hanya ada dipojok-pojok mesjid, namun ada kapan dan dimanapun dia berada, takwa saat beribadah, saat bermu’amalah, bahkan saat mengatur urusan rakyat sekalipun. Takwa yang tercermin dengan ketundukan terhadap syari’ah dalam aspek apapun, sebagaimana perkataan Umar bin Abdul Aziz yang dinukil oleh Syeikh ‘Abdul Qôdir Al- Jilaniy dalam kitabnya, Al Ghun-yah: ليس تقوى الله بقيام الليل وصيام النهار والتخليط فيما بين ذلك، ولكن التقوى أداء فرائض الله وترك محارمه، فمن رزق بعد ذلك خيراً فهو خير إلى خير[1] “Ketakwaan itu bukan sekedar puasa di siang hari dan qiyam (shalat/ibadah) dimalam hari atau seputar itu. Tapi takwa itu meninggalkan apa yang dilarang Allah, mengerjakan apa yang difardhukan-Nya, maka barang siapa yang setelah melakukan itu Allah anugerahkan kebaikan (semangat untuk melakukan yang sunnah dan meninggalkan yang makruh dan syubhat), maka yang demikian itu adalah kebaikan pada kebaikan”. Allahu A’lam.
Wed, 14 Apr 2021 - 07min - 40 - Nusyuzkah Istri Mengaji Saat Suami Melarang?
Oleh karena itu, ketika suami memerintahkan istrinya untuk menyerahkan harta/gaji istrinya kepadanya, namun istri menolaknya, maka penolakan istri tidak terkategori nusyuz. Begitu juga mengajinya seorang istri, ketika suami melarangnya, maka pelanggaran istri ini tidak terkategori nusyuz. Ketika misalnya suaminya berkata: “sayang kamu mulai sekarang tidak usah pengajian”, lalu ternyata istrinya tetap pengajian, baik di rumah suaminya, atau pengajian lewat udara, atau pengajian online, atau di masjid, maka tidaklah istrinya terkategori melakukan nusyuz. Hanya saja, suaminya tetap berhak melarang istrinya keluar rumah. Oleh karena itu, misalnya seorang istri mau berangkat pengajian, lalu suaminya bilang: “sayang, kamu di rumah saja, temani aku”, jika dalam kondisi ini si istri gagal merayu suaminya agar mengizinkannya berangkat pengajian, maka istri tersebut tidak boleh pergi tanpa izin suaminya. Jika pergi juga, maka dia terkategori melakukan nusyuz. Bukan hanya pengajian, bahkan seandainya ibu, bapak atau anaknya istri meninggal, dan suaminya melarang istrinya keluar rumah, maka istrinya hendaklah mentaati suaminya, walaupun dalam hal ini suaminya tidak pantas berbuat seperti itu.
Wed, 14 Apr 2021 - 15min - 39 - TENTANG NUSYUZ
Nusyûz adalah pelanggaran istri terhadap perintah dan larangan suami secara mutlak. Jika seorang istri tidak melakukan kewajiban semisal shalat, atau melakukan keharaman seperti tabarruj (berpenampilan yang menarik perhatian lelaki lain), maka seorang suami wajib memerintahkan istrinya untuk melaksanakan kewajiban dan meninggalkan keharaman tersebut. Jika tidak mau, berarti dia telah melakukan tindakan nusyûz. Dalam kondisi seperti ini, seorang suami berhak untuk menjatuhkan sanksi kepada istrinya. Dia juga tidak wajib memberikan nafkah kepada istrinya. Jika istrinya telah kembali, atau tidak nusyûz lagi, maka sang suami tidak berhak lagi untuk menjatuhkan sanksi kepada istrinya, dan pada saat yang sama dia pun wajib memberikan nafkah istrinya. . Ketika syariat telah menetapkan hak seorang suami secara umum untuk memerintahkan istrinya melakukan sesuatu, atau melarangnya, syariat juga telah men-takhshîsh beberapa hal dari keumuman tersebut. Misalnya, syariat membolehkan seorang wanita untuk melakukan transaksi bisnis, mengajar, melakukan silaturahmi, pergi ke masjid, menghadiri ceramah, seminar, ataupun kajian. Dengan adanya takhshîsh ini, konteks nusyûz tersebut bisa lebih dideskripsikan sebagai bentuk pelanggaran seorang istri terhadap perintah dan larangan suami, yang berkaitan dengan kehidupan khusus (al-hayâh al-khâshah), dan kehidupan suami-istri (al-hayâh az-zawjiyyah).
Wed, 14 Apr 2021 - 16min - 38 - AMRAH BINTI ABDURRAHMAN, Ulama Perempuan Cerdas Murid Aisyah r.a.
Biasanya kita mengenal ulama dari kalangan laki-laki. Tak banyak kisah ulama perempuan yang kita ketahui dengan kapasitas ilmu hadis yang mumpuni. Di masa Islam, ada ulama perempuan terkemuka serta masyhur di kalangan para ulama. Ia murid teladan Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anha. Dialah Amrah binti Abdurrahman. Nama lengkapnya, yaitu Amrah binti Abdurrahman bin Sa’d bin Zurarah bin Adas al-Anshariyah an-Najjariyah al-Madaniyah. Kakeknya termasuk generasi sahabat besar dari kaum Anshar. Ibunya bernama Salimah binti Hakim bin Hasyim bin Qawalah. Sosok Amrah dinilai sebagai penerus dari gurunya, Aisyah ra. dalam menyampaikan hadis-hadis Rasulullah Saw. Selain ahli hadis, Amrah juga ahli fikih. Ia merupakan salah satu generasi tabiin perempuan yang cemerlang. Imam az Dzahabi berkata, “la adalah seorang wanita alim, ahli fikih, menjadi hujah dan banyak ilmunya.” Dalam bimbingan Aisyah, keilmuan Amrah binti Abdurrahman berkembang dengan pesat. Allah menganugerahinya dengan daya ingat kuat sehingga menjadikannya seorang murid brilian yang menghafal hadis-hadis riwayat Ummul Mukminin Aisyah. Tak ayal, ia menjadi rujukan wanita tabiin saat menjadi ahli hadis, ahli fikih, tsiqah dan hujahnya kuat.
Tue, 13 Apr 2021 - 09min - 37 - MERAIH TAKWA
Meraih takwa tidak cukup hanya dengan melakukan ibadah-ibadah mahdhah seperti puasa dan shalat malam, namun harusnya dengan berupaya sekuat tenaga menjalankan semua perintah Allah dalam setiap aspek kehidupan. Syeikh ‘Abdul Qôdir Al- Jîlâniy dalam kitabnya, Al Ghun-yah menukil pernyataan Khalifah Umar bin Abdul Aziz: ليس تقوى الله بقيام الليل وصيام النهار والتخليط فيما بين ذلك، ولكن التقوى أداء فرائض الله وترك محارمه، فمن رزق بعد ذلك خيراً فهو خير إلى خير[1] “Ketakwaan itu bukan sekedar puasa di siang hari dan qiyamul lail (ibadah dimalam hari) atau seputar itu. Tapi takwa itu meninggalkan apa yang dilarang Allah dan mengerjakan apa yang difardhukan-Nya, maka barang siapa yang setelah melakukan itu Allah anugerahkan kebaikan (semangat untuk melakukan yang sunnah dan meninggalkan yang makruh dan syubhat), maka yang demikian itu adalah kebaikan pada kebaikan”. Oleh karena itu tidaklah bermakna apa-apa puasa atau shalat malamnya seseorang, jika ia melalaikan berbagai kewajibannya dan malah sering melakukan berbagai keharaman. Rajin puasa dan qiyamul lail (shalat malam), namun rajin pula korupsi, pamer aurat, menggunjing, enggan berhukum dengan hukum syari’ah apalagi melecehkannya atau membuat aturan yang mengingkari hukum Allah dan kemaksiatan lainnya. Rasulullah saw bersabda: كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ وَكَمْ مِنْ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ Betapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apapun selain rasa lapar saja, dan betapa banyak orang yang melakukan shalat malam tidak mendapat apapun selain bergadangnya saja (HR Ahmad). Wal ‘iyâdzu billâh. Puasa kita baru akan bermakna dan berhasil meraih takwa, jika kita berupaya untuk menjalankan semua hukum syari’ah Allah swt, menjauhi semua larangan-Nya, dan berhati-hati dari hal yang halal sekalipun agar tidak menggelincirkan kita kepada keharaman. Allahu A’lam.
Tue, 13 Apr 2021 - 11min - 36 - Marhaban yaa Ramadhan
Ramadhan bukanlah waktu untuk berhenti maksiyat sementara, yang awalnya mengumbar aurat di televisi, lalu menutup aurat, nanti setelah Ramadhan membuka aurat lagi, tempat maksiyat ditutup sementara untuk dibuka lagi nanti, sekali-kali bukan seperti itu. Puasa Ramadhan merupakan proses menuju taqwa yang sebenarnya, yakni meninggalkan maksiat kepada Allah secara total. Sebagaimana firman-Nya: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (Al Baqarah : 183) Selain puasa di siang hari dan shalat di malam hari sebagai media untuk meningkatkan derajat taqwa, aktivitas lain yang tidak kalah pentingnya adalah membaca, mengkaji dan mengulang-ulang mempelajari Al Quran hingga mampu memahami cara mengamalkan. Rasulullah yang hafal dan paling mengerti tentang Al Qur’an pun setiap Ramadhan beliau mengulang-ulangnya. Ibnu ‘Abbas r.a. berkata: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ القُرْآنَ “Rasulullah adalah orang yang paling pemurah, dan beliau lebih pemurah lagi di bulan Ramadhan ketika beliau ditemui Jibril. Jibril menemuinya setiap malam bulan Ramadhan untuk bertadarrus Al Quran dengan beliau …” (HR. al Bukhari). Begitu juga para sahabat, begitu mendalamnya mereka mengkaji Al Qur’an hingga menghabiskan bertahun-tahun untuk mengkaji satu surat saja. Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Maimun: أَنَّ ابْنَ عُمَرَ تَعَلَّمَ سُورَةَ الْبَقَرَةِ فِي أَرْبَعِ سِنِينَ “Sesungguhnya Ibnu Umar mempelajari surat Al Baqarah dalam waktu empat tahun”. (At Thabaqât Al Kubro, 4/164). Bahkan di dalam kitab Al Muwattha’ dinyatakan Ibnu Umar mempelajari surat Al Baqarah bukan dalam waktu empat tahun, namun delapan tahun. Hal ini terjadi bukan karena lambannya beliau dalam menghafal, akan tetapi karena beliau bukan sekedar membaca dan menghafal, namun beliau mempelajari fardlu–fardlu, hukum–hukum dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ayat–ayat tersebut, sebagaimana penjelasan dalam Syarh Az Zarqani lil Muwattho’ (2/27).[1]. Jika Rasulullah senantiasa mengkaji berulang kali al Qur’an, Ibnu ‘Umar r.a dan juga sahabat yang lain begitu serius mengkaji hingga tahu cara mengamalkannya, padahal mereka sudah hafal dan sangat fasih berbahasa Arab, lalu pantaskah diri kita yang serba kurang ini mencukupkan diri dengan hanya membacanya saja-itupun kalau mau membaca-, mengkhatamkannya berulang-ulang, namun malas meluangkan waktu untuk mengkajinya dan mengkaji ilmu-ilmu yang terkait dengannya? Jika kita merasa cukup dengan itu, sungguh kita telah tertipu oleh kebanggaan diri sendiri, sebagaimana perkataan Imam al Hasan al Bashri (w. 110 H): أُنْزِلَ الْقُرْآنُ لِيُعْمَلَ بِهِ، فَاتَّخَذَ النَّاسُ تِلَاوَتَهُ عَمَلًا، يَعْنِي أَنَّهُمْ اِقْتَصَرُوا عَلٰى التِّلَاوَةِ وَتَرَكُوا الْعَمَلَ بِهِ “Al Qur’an diturunkan untuk diamalkan, maka manusia menjadikan membacanya sebagai amalan”, yakni mereka merasa cukup puas dengan membacanya, dan meninggalkan mengamalkannya. [Talbîs Iblîs hal.101]. Semoga Ramadhan yang akan kita jumpai ini lebih memacu semangat kita untuk mendekatkan diri kepada Allah, mendalami kitab-Nya, mengamalkan dan memperjuangkan ajaran-ajaran-Nya.
Tue, 06 Apr 2021 - 13min - 35 - POLIGAMI
Poligami adalah salah satu hukum Islam yang paling jarang dibahas dan seringkali tabu untuk ditanyakan dalam sebuah majelis ilmu. Padahal memahami hukum-hukum tentang poligami tidak lantas membuat seseorang menjadi melakukan poligami atau di poligami. Dan ketidaktahuan tentang hukum-hukum poligami justru akan berdampak kesalahan dalam menyikapinya atau malah terjerumus kedalam dosa karena membencinya.
Sun, 21 Mar 2021 - 36min - 34 - CEMBURU
Cemburu seringkali menjadi momok menakutkan dan menjadi sumber perpecahan didalam rumah tangga. Benarkah demikian?
Sat, 20 Mar 2021 - 1h 21min - 33 - ISRA' MI'RAJ DAN PERSIAPAN RAMADHAN
Peristiwa Isra' Mi'raj menjadi momen tersendiri untuk mengukuhkan keimanan kaum muslimin. Dan Ramadhan, menjadi bulan pembelajaran serta pelatihan untuk meningkatkan kualitas keimanan kita.
Sat, 20 Mar 2021 - 48min - 32 - 'Diet' Spiritual Dan Hidup Bagai Pengembara
Pengertian Diet berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah aturan makanan khusus untuk kesehatan dan biasanya dilakukan atas petunjuk dokter atau konsultan. Secara umum diet bermakna sebuah usaha untuk menurunkan berat badan dengan mengatur pola makan dan mengatur asupan nutrisi tertentu. Diet dilakukan oleh sebagian orang dengan tujuan yang berbeda-beda. Ada sebagian orang melakukan diet untuk menjaga kesehatannya atas anjuran dokter atau karena menderita penyakit tertentu, dan ada juga yang melakukan diet karena bermasalah dengan berat badannya. Tidak sedikit orang yang berpuasa dalam rangka menjaga kesehatan. Diet ketat dilakukan demi sekedar mendapatkan tubuh yang ideal, anehnya ‘diet’ spiritual sering lupa diperhatikan. Abdullah bin Subrumah (w. 144 H) berkata: عجبت من الذي يحتمي من الطعام مخافة الداء كيف لا يحتمي من الذنوب مخافة النار “Aku heran dengan orang yang bisa melakukan diet dari makanan sebab takut penyakit, bagaimana bisa dia tidak mampu diet dari dosa sebab takut neraka.” (Akhbâr al-Qudhât, 3/123).
Thu, 04 Feb 2021 - 11min - 31 - BELAJAR BERTAWAKKAL
Sebagian orang menganggap tawakkal berarti meninggalkan usaha. Dia hanya diam menunggu, enggan berusaha dan bekerja. Tidak usah belajar, jika Allah menghendaki pandai tentu menjadi orang pandai. Tidak usah memperjuangkan agama-Nya, jika Dia berkehendak niscaya agama-Nya ini akan dominan ditengah-tengah masyarakat. Tidak usah bekerja, jika Allah menghendaki menjadi orang kaya tentulah kaya (sekalian katakan kepada mereka ketika mereka lapar: “kamu tidak usah makan, jika Allah menghendaki kamu kenyang, tentulah kamu kenyang”). Ungkapan itu memang benar di satu sisi, namun keliru di sisi lain. Apa yang dikehendaki Allah memang pasti terjadi, kalau Allah menghendaki manusia diciptakan tanpa perlu makan, tentu itu yang terjadi, sebagaimana malaikat yang tetap hidup walau tanpa makan, namun kenyataannya Allah menghendaki lain, Dia ciptakan manusia dg kebutuhan makan, sehingga Rasulullah saja juga lapar kalau tidak makan.
Sat, 23 Jan 2021 - 12min - 30 - FASE-FASE DALAM RUMAH TANGGA
"Pernikahan tak akan menjadi surga kecuali karena sentuhan tangan dan usaha kalian, dan sebaliknya tidak akan menjadi neraka kecuali karena akibat dari ulah tangan kalian jua. Silahkan kalian memilih sendiri, apa yang kalian inginkan dari pernikahan kalian: menjadi kebun surga atau kubangan neraka." (Prof Muhammad bin Rasyid al-uwaid) "Penikahan adalah ibadah, dititahkan Allah untuk membangun kebahagiaan bukan penderitaan." (Asri Supatmiati) Setiap rumah tangga melewati ujiannya masing-masing. Begitu pelaminan diturunkan, tak lantas mempelai berdua bahagia selamanya, bak dongeng Cinderela. Justru, masa-masa bahagia di awal pernikahan, ternyata sangat singkat. Berganti fase pahit-getir yang datang silih berganti. Jika pasangan suami-istri tidak berhasil melampaui masa kritis ini, bisa jadi rumahtangga karam ke dasar lautan. Berikut fase yang umumnya dilalui pasutri dalam mengarungi samudera pernikahan:
Sat, 23 Jan 2021 - 11min - 29 - Cerai Gugat, bagaimana Rambu-Rambunya menurut Islam?
Apakah boleh seorang perempuan menceraikan dirinya dari suaminya? Lalu, bagaimana pandangan Islam tentang hal ini?
Tue, 12 Jan 2021 - 18min - 28 - LDR dalam Pernikahan, Bolehkah?
Pernikahan itu menyatukan dua pasangan dalam satu kehidupan, juga satu atap. Tetapi kadang kala ada kondisi yang bisa membuat pasangan harus menjalin hubungan berpola LDR, Long Distance Relationship, alias hubungan jarak jauh. Beragam kondisi yang membuat pasangan suami-istri harus menjalankan relasi pernikahan model LDR. Ada yang karena persoalan ikatan dinas yang melarang suami memboyong istri, bisa karena suami atau istri masih kuliah, atau bisa juga karena belum mendapatkan rumah yang cocok untuk memboyong keluarga ke tempat baru. Kondisi LDR dalam pernikahan harus ditinjau dengan saksama dan hati-hati, tentu saja dengan kacamata syariat Islam. Setiap pasangan suami-istri sudah seharusnya mengikatkan diri pada hukum syara’ dalam semua hal, termasuk dalam relasi pernikahan LDR ini. Bukan karena banyak pasangan melakukan LDR, lantas dipandang biasa dan boleh. Ada pertimbangan yang harus dinilai dalam sudut pandang hukum syara’, karena bagi setiap muslim tindakan terpuji (hasan) atau tercela (qabih) adalah menurut Allah SWT., bukan semata kerelaan kita.
Tue, 12 Jan 2021 - 11min - 27 - Fatimah binti Ubaidillah, Ibunda Imam Syafi’i
Siapa yang tak kenal Imam Syafi’i? Ketokohan dan kepakaran Imam Syafi’i tersohor seantero dunia. Ia adalah pendiri mazhab fikih dan ahli di segala bidang keilmuan. Karya-karyanya diakui dan menjadi rujukan utama. Kehebatan sang tokoh tak terlepas dari peran ibunda, Fatimah binti Ubaidillah Azdiyah. Nasab ke suku Al-Azd di Yaman, seperti dikuatkan oleh Al-Baihaqi. Sedangkan menurut sejarawan lain, Fatimah adalah Ahlul Bait. Keturunan Rasulullah saw. dari jalur Ubaidillah bin Hasan bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Ia adalah madrasah pertama bagi Syafi’i. Sejak berumur dua tahun, Fatimah terpaksa harus membesarkan buah hatinya itu sendirian. Ini lantaran sang suami, Idris bin Abbas bin Usman bin Syafi’i, meninggal di Gaza. Fatimah dikenal cerdas. Ia adalah sosok yang tegar dan tidak pernah mengeluh. Ketika suaminya wafat, tak sedikit pun harta ia warisi. Dengan kondisi serba kekurangan, ia berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi anak semata wayangnya itu. Keinginannya satu, kelak buah hatinya tersebut menjadi figur hebat dan bermanfaat bagi semua.
Tue, 12 Jan 2021 - 07min - 26 - MELECEHKAN ILMU
Melecehkan Ilmu Kebodohan memang akan mengakibatkan rusaknya masyarakat. Namun, banyaknya orang ‘alim, para pakar dan ahli di berbagai bidang, belum tentu memiliki efek yang baik, bisa pula mereka menimbulkan kerusakan yang lebih dahsyat dalam masyarakat, baik kerusakan diri mereka sendiri maupun kerusakan umum. Ini terjadi jika para ulama, ilmuwan dan para ahli tersebut melecehkan ilmunya; menghiasi, mendalili, dan menjustifikasi sesuatu yang bertentangan dengan bidang ilmu yang dipelajarinya demi mengharapkan sejumput kehidupan duniawi. Sahabat Abdullah bin Mas’ud r.a berkata: لَوْ أَنَّ أَهْلَ الْعِلْمِ صَانُوا الْعِلْمَ، وَوَضَعُوهُ عِنْدَ أَهْلِهِ، سَادُوا بِهِ أَهْلَ زَمَانِهِمْ، وَلَكِنَّهُمْ بَذَلُوهُ لِأَهْلِ الدُّنْيَا لِيَنَالُوا مِنْ دُنْيَاهُمْ، فَهَانُوا عَلَى أَهْلِهَا، “Seandainya para ahli ilmu itu memelihara ilmu mereka, dan menggunakannya dengan selayaknya, niscaya mereka dengan ilmunya itu akan memimpin manusia pada zamannya. Akan tetapi mereka menukar ilmu tersebut kepada pemilik dunia untuk mendapatkan dunia mereka, maka hinalah ahli ilmu itu di mata mereka.”
Tue, 22 Dec 2020 - 08min - 25 - BELAJAR TIDAK ADA RUGINYA
Belajar Tidak Ada Ruginya Ketika sudah belajar beberapa lama namun tidak juga kunjung mengerti dan mencapai hasil seperti apa yang diinginkan, sebagian orang merasa bahwa upayanya tidaklah berguna, sia-sia belajar kata mereka, lalu mereka berhenti. Padahal, masalah mau faham atau tidak, disamping itu ada usaha manusia, namun Allah juga yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami pelajaran. Lebih dari itu, sekalipun tidak ada satu katapun yang difahami/dihafal dalam majlis ‘ilmu, hadir dan belajar tetaplah mendapatkan kemuliaan.
Tue, 22 Dec 2020 - 13min - 24 - TUGAS IBU DALAM MEMBENTUK PERADABAN
Selama ini kita memahami bahwa tugas ibu hanyalah seputar dapur, sumur dan kasur saja. Namun ternyata seorang ibu memiliki tugas mulia sebagai pembentuk generasi dan pengubah peradaban.
Fri, 11 Dec 2020 - 33min - 23 - BAGAIMANA MENGELOLA KEUANGAN DI TENGAH PANDEMI?
Apakah Islam memiliki tuntunan untuk keluarga muslim dalam mengelola keuangannya saat pandemi berlangsung? Mari Kita simak pemaparannya dalam podcast ini
Sat, 05 Dec 2020 - 15min - 22 - Apakah Iman Naik Dan Turun?
“apakah iman itu bertambah dan berkurang?” dan saya ingin menambahkan pertanyaan lain sebagai ikutan: “apakah iman berbeda-beda tingkatnya antara satu mukmin dengan mukmin lainnya?”
Fri, 04 Dec 2020 - 49min - 21 - KITA DAN 'SELINGKUH'
Lafal selingkuh berasal dari Bahasa Jawa yang artinya perbuatan tidak jujur, sembunyi-sembunyi, atau menyembunyikan sesuatu yang bukan haknya. Dalam Baoesastra Djawa, kata selingkuh sama sekali tidak ditujukan secara spesifik, pada hubungan seksual antara pasangan yang bukan suami isteri. Sebab untuk pengertian itu, kata yang paling tepat adalah zina. Dalam makna selingkuh ada pula kandungan makna perbuatan serong. Dengan makna bahasa ini, kalau mau jujur, sebenarnya dalam diri kita ada bibit-bibit ‘selingkuh’, atau mungkin kita justru sudah terbiasa ber’selingkuh’ tanpa kita menyadarinya. Kita terbiasa tidak ‘jujur’, lidah kita mengatakan A namun hati dan pikiran kita mengatakan yang lain. Kita bilang ‘I Love You’ padahal hati kita bilang ‘I don’t know’ atau yang lain. Per’selingkuh’an seperti ini kalau tidak diatasi, dengan berusaha maksimal dan memohon karunia Allah SWT, niscaya bisa menjadi perselingkuhan yang sebenarnya, yaitu perzinahan.
Fri, 27 Nov 2020 - 11min - 20 - Memahami Penyebab Kegagalan Oleh : M Taufik NT
George Washington Carver menyatakan bahwa 99% kegagalan datang dari orang yang punya kebiasaan suka membuat alasan. Mereka adalah orang-orang yang ‘sukses’ dalam hal mencari alasan untuk melegitimasi agar dirinya bisa dikatakan ‘wajar’ kalau gagal. Dalam buku The Magic of Thinking Big, David J. Schwartz menjelaskan mengenai penyakit pikiran yang mematikan yakni penyakit dalih (excuisitis). Orang-orang gagal senantiasa berdalih mengenai kegagalan mereka. Penyakit dalih tersebut biasanya muncul dalam 4 bentuk, yaitu: dalih kesehatan, dalih inteligensi, dalih usia dan dalih nasib.
Tue, 24 Nov 2020 - 10min - 19 - KEMATIAN BUKANLAH PERPISAHAN
Perpisahan yang hakiki antara dua orang terjadi ketika nanti salah satunya masuk surga dan yang lainnya masuk ke neraka dan kekal di dalamnya. Perpisahan yang hakiki juga terjadi jika dua orang ketika hidup di dunia telah ‘sepakat’ dan bekerja sama untuk menjadi penduduk neraka. Kerukunan, kebersamaan dan rasa saling mencintai di dunia akan sirna ketika mereka dimasukkan bersama-sama ke dalam neraka. Mereka akan saling menuntut dan menyalahkan mengapa temannya dulu tidak mengajak ke jalan ketakwaan. Allah berfirman: الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az Zukhruf: 67). Sebaliknya, bagi orang-orang yang beriman, kematian tidaklah bisa memisahkan mereka dengan orang yang dicintainya karena kelak mereka akan dikumpulkan dalam kehidupan yang lebih baik, dalam keabadian. Perpisahan karena salah satu di dunia dan lainnya di alam kubur bukanlah perpisahan yang lama sehingga ‘tidak layak’ disebut perpisahan. Hidup di dunia hanyalah sebentar saja jika dibandingkan dengan kehidupan kelak, dimana mereka akan dikumpulkan dalam naungan rahmat Allah Ta’ala.
Tue, 24 Nov 2020 - 10min - 18 - RIDHA TERHADAP QADHA
Syariat telah memuji seorang hamba yang berserah diri terhadap qadha, sebagaimana dijelaskan dalam hadis dari Abi Hurairah: Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda kepadaku, «أَلاَ أُعَلِّمُكَ قَالَ هَاشِمٌ أَفَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى كَلِمَةٍ مِنْ كَنْزِ الْجَنَّةِ مِنْ تَحْتِ الْعَرْشِ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ يَقُولُ أَسْلَمَ عَبْدِي وَاسْتَسْلَمَ» “Aku akan memberitahumu satu kalimat yang datang dari bawah Arasy dan dari gudangnya Surga, yaitu “Tiada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan (kekuasaan) Allah”. Allah berfirman, ‘Sungguh hamba-Ku telah tunduk dan berserah diri kepada-Ku.’.” (HR Al-Hakim. Marah terhadap qadha dari Allah SWT hukumnya haram. Al-Qirafi menuturkan dalam Al-Dakhirah adanya ijmak (kesepakatan) atas keharaman marah terhadap qadha dari Allah tersebut.
Tue, 24 Nov 2020 - 13min - 17 - ANTARA KEINGINAN DAN KEBUTUHAN
Memberikan apa yang diinginkan anak, bila orang tua mampu memenuhi dan selama keinginannya tidak melanggar syariat, boleh saja. Memberikan pakaian yang bagus, tas sekolah bermerek, gadget, sepeda, sepatu roda, dan lainnya. Rezeki anak bisa datang melalui jalan orang tua. Allah SWT berfirman, “Janganlah engkau menjadikan tanganmu terbelenggu di atas lehermu dan janganlah mengulurkan hingga engkau menjadi celaka.” (TQS al-Isra’: 29) “Orang-orang yang jika menafkahkan hartanya, mereka tidak bertindak israf dan tidak pula kikir, tetapi di tengah-tengah di antara yang demikian.” (TQS al-Furqon: 67) Menafkahkan harta yang banyak dalam perkara-perkara yang halal, tidak dilarang oleh Allah. Bahkan Islam menghalalkan untuk menikmati rezeki-rezeki yang baik serta mendapatkan hiasan yang layak. Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah suka untuk melihat tanda-tanda kenikmatan-Nya pada hamba-Nya.” (HR at-Tirmidzi) “Ambillah apa saja yang bisa mencukupimu dan anak-anakmu dengan cara yang makruf.” (HR al-Bukhari dan Ahmad) Namun, tujuan membahagiakan anak dengan memberikan setiap keinginannya bisa disalahartikan dan diterima anak sebagai pembiasaan yang menuntut selalu dipenuhi. Bila tidak dipenuhi anak tak jarang menggunakan tangisan, teriakan, merusak barang, mogok makan, dan reaksi lain untuk memaksa orang lain. Sebab anak tumbuh dan belajar dari proses pembiasaan yang diberikan orang tua dan lingkungan terdekatnya.
Tue, 24 Nov 2020 - 11min - 16 - UMMU KULTSUM BINTI UQBAH R.A
 Kisah Inspiratif Shahabiyah Ummu Kultsum binti Uqbah ra., Wanita Pertama yang Hijrah ke Madinah 15 November 2020 MuslimahNews.com, KISAH INSPIRATIF – Kisah ini tentang seorang shahabiyah tangguh dan pemberani. Seorang wanita kuat dan teguh pendirian menjaga keimanan dan kecintaannya kepada Islam. Ia rela berjalan kaki demi berhijrah dari Makkah ke Madinah. Ia rela menyusuri jalan demi wujud cintanya kepada Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ. Seorang yang dilahirkan di lingkungan keluarga kafir. Ayahnya, Uqbah bin Abu Mu’aith ialah seorang yang keras permusuhannya terhadap Rasulullah ﷺ. Tatkala ia menjadi tawanan perang Badar, Rasulullah mengeksekusi Uqbah. Ibu Ummu Kultsum adalah Urwa binti Karim bin Rabiah bin Habib bin Abdu Syams, bibi (dari pihak bapak) dari Abdullah bin Amir. Ummu Kultsum adalah saudara perempuan seibu dari Usman bin Affan ra.
Mon, 16 Nov 2020 - 07min - 15 - UNTUNG BERUJUNG KERUGIAN
Tidak seorangpun yang ingin rugi dalam hidupnya. Berbagai upaya dilakukan untuk memperoleh keuntungan. Islam telah menjelaskan bahwa tidak setiap cara yang sepertinya menguntungkan benar-benar menguntungkan secara hakiki. Setiap cara yang haram, walaupun kelihatan bisa memberikan keuntungan yang berlipat ganda, namun secara hakiki merupakan racun yang secara pasti akan mendatangkan kerugian, cepat ataupun lambat. Riba misalnya, walaupun secara hitungan matematis akan menguntungkan, namun Allah SWT, Dzat Yang Maha Tahu, menyatakan bahwa riba adalah salah satu sumber kerusakan. Allah berfirman: يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ (276) Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. (Qs. al-Baqarah: 276). Ayat ini menegaskan bahwa Allah akan memusnahkan harta riba dan harta yang bercampur dengan riba atau meniadakan berkahnya. Rasulullah saw juga menyatakan: “إِنَّ الرِّبَا وَإِنْ كَثُرَ فَإِنَّ عَاقِبَتَهُ تَصِيرُ إِلَى قُلٍّ” (رواه أحمد، الطبراني والحاكم وحسنه الحافظ ابن حجر) “Sesungguhnya, (harta) riba walaupun banyak jumlahnya, pada akhirnya akan menjadi sedikit.” (HR. Ahmad, ath-Thabrany, al- Hakim dan dihasankan oleh Ibnu Hajar). Riba, disamping menghancurkan ekonomi individu, juga menghancurkan ekonomi sebuah negara. Negeri yang Allah ciptakan dengan kekayaan yang melimpah ini, dengan perkiraan kekayaannya bisa mencapai Rp 200 ribu Trilyun, saat ini, saat memakai sistem ekonomi kapitalisme, sistem yang tidak bisa lepas dari riba, telah menjadikannya terlilit hutang. Hingga akhir Juli 2015 lalu total utang Pemerintah mencapai Rp 2.911,41 triliun, di 2016 untuk pembayaran bunga (riba)nya saja direncanakan Rp 183,429 triliun. Disamping riba, ghabn al fahisy (penipuan harga), tadlis (penipuan barang/alat tukar), ihtikar (menimbun) dan berbagai aktivitas haram lainnya, walaupun sekilas akan menguntungkan pelakunya, namun pasti akan menjadikan bangkrutnya bisnis mereka, minimal hilangnya berkah usaha mereka; hartanya melimpah, namun dia tidak mendapatkan ketenangan dari harta tersebut, atau dia diberi penyakit yang menjadikannya tidak bisa menikmati harta yang melimpah itu.
Sat, 31 Oct 2020 - 11min - 14 - BEGINILAH CINTA
Hati manusia memang unik. Satu hati bisa menampung banyak cinta. Uniknya lagi, cinta dari tiga naluri yang berbeda. Tidak percaya? Silahkan baca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:. “Katakanlah, “Jika Bapak-bapak kamu, anak-anak kamu, saudara-saudara kamu, isteri-isteri kamu, keluarga kamu, serta harta yang kalian kumpulkan, dan perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, serta rumah-rumah yang kalian sukai lebih kalian cintai ketimbang Allah, Rasul-Nya serta jihad di jalan-Nya, maka tunggulah, hingga Allah memenangkan urusan-Nya. Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang fasik.” [Q.s. at-Taubah: 24] Mencintai bapak, anak, saudara, isteri dan keluarga adalah cinta yang lahir dari naluri seksual [gharizatu an-nau’]. Sedangkan mencintai harta, perniagaan dan rumah mewah adalah cinta yang lahir dari naluri survive [gharizatu al-baqa’]. Adapun mencintai Allah, Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah adalah cinta yang lahir dari naluri beragama [gharizatu at-tadayyun]. Cinta itu sendiri sebenarnya adalah buah, dari khashiyat yang Allah ciptakan pada setiap naluri. Khashiyat ini muncul karena ada stimulus dari luar, baik berupa fakta, maupun pemikiran. Cinta itu bisa datang dan pergi, tergantung pada dua stimulus ini. Mencintai bapak, anak, saudara, isteri dan keluarga, ketika semuanya itu masih ada. Ketika sudah tidak ada, maka cinta kepada mereka tinggal kenangan. Begitu juga cinta kepada harta, perniagaan dan rumah mewah juga ketika semuanya masih ada. Ketika, semuanya tiada, maka ia pun pupus. Ini cinta yang dibangkitkan oleh fakta. Tetapi, meski fakta sudah tidak ada, kenangan [pikiran] kita tentang bapak, anak, isteri, saudara dan keluarga, tetap bisa membangkitkan cinta. Begitu juga, fakta tentang harta, perniagaan dan rumah mewah, meski telah tiada, tetapi kenangan [pikiran] tentang semuanya itu bisa membangkitkan kembali cinta kepadanya. Begitulah khashiyat yang berikan oleh Allah kepada naluri manusia. Cinta kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Nabi Shalla-Llah ‘alaihi wa Sallama adalah cinta yang lahir dari naluri beragama [gharizatu at-tadayyun]. Cinta ini lahir karena dua stimulus yang sama, fakta dan pikiran. Karena itu, kuat dan tidaknya cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya bergantung pada kuat dan tidaknya interaksi kita dengannya, juga kuat dan tidaknya kita memikirkannya. Semakin kuat interaksi kita, semakin kuat cinta kita. Semakin kuat kita memikirkannya, maka semakin kuat cinta kita. Uniknya, ketiga cinta ini bisa saling dikalahkan dan mengalahkan. Karena itu, Q.s. at-Taubah: 24 di atas mengingatkan, “Katakanlah, “Jika Bapak-bapak kamu, anak-anak kamu, saudara-saudara kamu, isteri-isteri kamu, keluarga kamu, serta harta yang kalian kumpulkan, dan perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, serta rumah-rumah yang kalian sukai lebih kalian cintai ketimbang Allah, Rasul-Nya serta jihad di jalan-Nya, maka tunggulah, hingga Allah memenangkan urusan-Nya. Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang fasik.” [Q.s. at-Taubah: 24] Jadi, cinta kepada Allah dan Rasul bisa dikalahkan oleh cinta kepada bapak, anak, saudara, isteri, keluarga, harta, perniagaan serta rumah-rumah mewah. Karena itu, Allah ingatkan, bahwa ini tidak boleh terjadi. Sebaliknya, semua cinta tadi harus dikalahkan oleh cinta kepada Allah dan Rasul. Bahkan, agar tiga tersebut tidak saling bertentangan, maka cinta kepada Allah dan Rasul harus dijadikan sebagai pedoman dan standar cinta kita kepada yang lain.
Sat, 31 Oct 2020 - 28min - 13 - MENGOBATI 'DERITA CINTA'
Cinta kepada lawan jenis tidak selalu dihiasi ‘bunga-bunga merah jambu’, tidak sedikit yang justru berhias air mata duka. Cinta yang ‘bertepuk sebelah tangan’, cinta yang tumbuh subur kembali padahal sudah terlanjur talak tiga, cinta yang terpisahkan maut, terhalangi keluarga, terbentengi status sosial dan sebagainya, semua itu bisa membuat siapa saja ikut bersedih bahkan tak jarang ikut menitikkan air mata walaupun tidak ikut mengalaminya. Diantara sahabatpun ada yang tidak lepas dari problem ini. Begitu besarnya cinta Mughits kepara Bariroh hingga setelah berpisahpun Mughits mengikuti kemana saja Barirah pergi dalam rangka mengharapkan belas kasihan Barirah untuk mau kembali. Air matanya mengalir membasahi jenggotnya, hingga Nabi SAW pun turut ‘melobi’ Bariroh agar kembali, namun Bariroh tetap menolak. Nabipun menyampaikan hal ini kepada pamannya: يَا عَبَّاسُ أَلاَ تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيثٍ بَرِيرَةَ، وَمِنْ بُغْضِ بَرِيرَةَ مُغِيثًا “Wahai Abbas, tidakkah engkau heran akan rasa cintanya Mughits kepada Barirah, dan betapa bencinya Barirah kepada Mughits.” (HR. Al Bukhari). Penyakit dan derita apa saja, Allah telah menyiapkan obatnya. Disamping perasaan, manusia diberikan akal dan logika dan dipandu dengan wahyu untuk menyelesaikan setiap permasalahannya, tak terkecuali masalah cinta. Jika perasaan yang dikedepankan dari wahyu dan akal, maka derita cinta itu tidak akan berakhir, tidak ada yang bisa mengakhirinya, tidak minuman keras, tidak pula narkoba, bahkan kematianpun tidak bisa mengakhiri derita ini. Islam telah memberikan berbagai cara untuk menyelesaikan permasalahan ini, antara lain: Simak penjelasan selengkapnya di Podcast Teras Hijrah
Fri, 30 Oct 2020 - 09min - 12 - UMMU AIMAN R.A Ibu Asuh Rasulullah S.A.W Yang Pemberani
Muhammad kecil tumbuh dalam dekapan kasih sayang wanita mulia: Ummu Aiman. Beliau memperlakukan Muhammad seperti anak mereka sendiri. Ketika Muhammad menikah dengan Khadijah, beliau memerdekakan Ummu Aiman (yang saat itu, statusnya adalah budak bagi Abdullah). Setelah menjadi wanita merdeka, ia menikah dengan Ubaid bin Harits Al-Khazraji, kemudian dikaruniai anak bernama Aiman. Aiman sendiri nantinya menjadi sahabat Nabi saw. yang ikut dalam peristiwa hijrah dan berbagai medan jihad, hingga dia gugur sebagai syahid di Perang Hunain. Saatnya Kebahagiaan Tiba Ummu Aiman termasuk orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Sejak ia mendengar Muhammad membawa ajaran Islam, ia tidak menunda waktu lagi untuk mengikutinya. Hanya saja langkah baiknya tidak diikuti suaminya yang tidak mau masuk Islam. Akhirnya keduanya berpisah. Dalam dekapan Islam, Ummu Aiman menemukan kebahagiaan yang tidak bisa diukur dengan keindahan dunia yang hanya sementara. Setelah berpisah dengan Ubaid (suaminya) yang tidak mau masuk Islam, Allah memberinya suami dari kalangan orang Islam yang akan membimbingnya menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Saat itu Khadijah memiliki seorang budak laki-laki bernama Zaid bin Haritsah, pemberian dari keponakannya, Hakim bin Hizam.  Kisah Inspiratif Ummu Aiman ra., Ibu Asuh Rasulullah ﷺ yang Pemberani 30 Oktober 2020 cinta nabi, kisah rasulullah MuslimahNews.com, KISAH INSPIRATIF – Muhammad kecil tumbuh dalam dekapan kasih sayang wanita mulia: Ummu Aiman. Beliau memperlakukan Muhammad seperti anak mereka sendiri. Ketika Muhammad menikah dengan Khadijah, beliau memerdekakan Ummu Aiman (yang saat itu, statusnya adalah budak bagi Abdullah). Setelah menjadi wanita merdeka, ia menikah dengan Ubaid bin Harits Al-Khazraji, kemudian dikaruniai anak bernama Aiman. Aiman sendiri nantinya menjadi sahabat Nabi saw. yang ikut dalam peristiwa hijrah dan berbagai medan jihad, hingga dia gugur sebagai syahid di Perang Hunain. Saatnya Kebahagiaan Tiba Ummu Aiman termasuk orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Sejak ia mendengar Muhammad membawa ajaran Islam, ia tidak menunda waktu lagi untuk mengikutinya. Hanya saja langkah baiknya tidak diikuti suaminya yang tidak mau masuk Islam. Akhirnya keduanya berpisah. Dalam dekapan Islam, Ummu Aiman menemukan kebahagiaan yang tidak bisa diukur dengan keindahan dunia yang hanya sementara. Setelah berpisah dengan Ubaid (suaminya) yang tidak mau masuk Islam, Allah memberinya suami dari kalangan orang Islam yang akan membimbingnya menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Saat itu Khadijah memiliki seorang budak laki-laki bernama Zaid bin Haritsah, pemberian dari keponakannya, Hakim bin Hizam. Baca juga: Ust. Labib: Mengaku Cinta tapi Tidak Ikut Syariat-Nya? Dusta! Setelah menikah dengan Rasulullah ﷺ, beliau memintanya dari Khadijah. Khadijah memberikannya. Sejak saat itu Zaid menjadi milik Rasulullah. Setelah itu beliau memerdekakannya lalu Zaid menikah dengan Ummu Aiman. Mereka dikarunai anak bernama Usamah bin Zaid. Zaid dan Usamah sangat disayangi Rasulullah. Para sahabat biasa menyebut Usamah sebagai “Kesayangan putra kesayangan”. Semua anggota keluarga ini memang punya tempat tersendiri di hati Rasulullah.
Fri, 30 Oct 2020 - 07min - 11 - KETIKA RUMAH TANGGA KEHILANGAN CINTA
Ketika Rumah Tangga Kehilangan Cinta Tak selamanya suatu rumah tangga selalu dihiasi ‘bunga-bunga cinta’, tidak sedikit cinta yang awalnya membara, seiring berjalannya waktu akan semakin redup, lalu mati, bahkan menyisakan rasa tidak suka, baik disebabkan fisik yang tidak lagi sedap dipandang mata, atau perangai yang tidak lagi mempesona. Apakah ketika itu terjadi, perceraian menjadi jalan keluarnya? Ada baiknya kita renungi bagaimana sikap orang shaleh ketika menghadapi hal tersebut. Pernah ditanyakan kepada Abu Utsman An-Naisaburi (w. 457 H), “Apa amal engkau yang paling kau harapkan (pahalanya)?” Maka Abu Utsman bercerita: Ketika aku beranjak dewasa keluargaku berusaha agar aku menikah, tapi aku menolaknya. Lalu datang kepadaku seorang wanita seraya berkata, ”Wahai Abu Utsman sungguh aku sangat mencintaimu, dan saya memintamu dengan nama Allah agar engkau menikahiku. Kemudian ia mendatangkan bapaknya—dan bapaknya ini sangat miskin – maka dia menikahkan aku dengan putrinya, dan dia pun merasa gembira dengan pernikahan tersebut ketika dia masuk ke kamar menemuiku, aku melihatnya ternyata matanya buta sebelah, pincang, dan jelek rupa, karena besar cintanya kepadakulah yang menghalangiku untuk keluar meninggalkannya, maka akupun duduk menurutinya demi menjaga hatinya dan aku tidak menampakkan sedikitpun kebencianku kepadanya. Aku terasa seperti duduk di atas bara api kayu ghodho (sejenis kayu yang bara apinya tahan lama) karena membenci (rupa fisik)nya. Aku berbuat demikian hingga 15 tahun, sampai ia meninggal dunia. Tiada perbuatanku yang lebih kuharapkan (pahalanya) bagiku daripada menjaga hatinya”. (Imam Ibnul Jauzi (w. 597 H), Shaidul Khâthir, hal 405-406. Maktabah Syamilah). Mengapa Abu Utsman sanggup bersabar menghadapi hal tersebut? tidak lain adalah karena ada yang lebih dia perhatikan, lebih dia cintai dan lebih dia harapkan daripada istri maupun kesenangan duniawi dirinya sendiri, tak lain adalah ridha dan apa yang ada di sisi Allah Ta’ala. Ketika hilang rasa cinta, hidup merasa tidak lagi bahagia, bathin merasa merana, bercerai memang tidak mengapa, namun jika ingat tujuan awal menikah adalah ingin menggapai ridha Allah Ta’ala, maka bersabar dan selalu berupaya memperbaiki keadaan yang masih bisa diperbaiki tentu lebih baik. Kebaikannya tidak selalu terletak pada apa yang bisa dilihat mata, namun kebaikannya bisa berupa ganjaran dari Allah Ta’ala. وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (QS. An-Nisa :19) Lebih dari itu, adakalanya kesabaran tersebut akan Allah balas dengan anak-anak shalih yang keluar dari orang yang sanggup kita bersabar darinya. Berkaitan dengan surat An-Nisa ayat 19 tersebut, Imam al Qurthubi menyatakan: (فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ) أَيْ لِدَمَامَةٍ أَوْ سُوءِ خُلُقٍ مِنْ غَيْرِ ارْتِكَابِ فَاحِشَةٍ أَوْ نُشُوزٍ، فَهَذَا يُنْدَبُ فِيهِ إِلَى الِاحْتِمَالِ، فَعَسَى أن يول الْأَمْرُ إِلَى أَنْ يَرْزُقَ اللَّهُ مِنْهَا أَوْلَادًا صالحين (bila kamu tidak menyukai mereka) yakni karena keburukan rupa atau keburukan perangai namun tidak melakukan kekejian (zina) atau kedurhakaan (nusyuz), dalam hal ini dianjurkan bersabar, karena bisa saja hal itu menjadi awal Allah memberinya rizki dari istri tersebut berupa anak-anak yang shalih. Sebaliknya, walaupun cinta masih membara, namun pasangan (istri) gemar selingkuh misalnya, maka bercerai adalah jalan terbaik daripada membiarkannya dan menjadikan suami berpredikat dayyuts yang diancam Nabi tidak akan masuk surga. Allâhu A’lam. [MTaufikNT]
Tue, 27 Oct 2020 - 07min - 10 - AMAL TERBAIK
Catatan Majelis Mar'atush Shalihah IHSANUL AMAL (AMAL TERBAIK) Amal yang kita lakukan akan diterima Allah jika memenuhi dua rukun. Pertama, amal itu harus didasari oleh keikhlasan dan niat yang murni: hanya mengharap keridhaan Allah swt. Kedua, amal perbuatan yang kita lakukan itu harus sesuai dengan sunnah Nabi saw. Syarat pertama menyangkut masalah batin. Niat ikhlas artinya saat melakukan amal perbuatan, batin kita harus benar-benar bersih. Rasulullah saw. bersabda, “Innamal a’maalu bin-niyyaat, sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya.” (Bukhari dan Muslim). Berdasarkan hadits itu, maka diterima atau tidaknya suatu amal perbuatan yang kita lakukan oleh Allah swt. sangat bergantung pada niat kita. Sedangkan syarat yang kedua, harus sesuai dengan syariat Islam. Syarat ini menyangkut segi lahiriah. Nabi saw. berkata, “Man ‘amala ‘amalan laisa ‘alaihi amrunaa fahuwa raddun, barangsiapa yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak pernah kami diperintahkan, maka perbuatan itu ditolak.” (Muslim). Tentang dua syarat tersebut, Allah swt. menerangkannya di sejumlah ayat dalam Alquran. Di antaranya dua ayat ini. Allah Swt. Berfirman: وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ ۗ وَإِلَى ٱللَّهِ عَٰقِبَةُ ٱلْأُمُورِ “Dan Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (Q.S. Luqman: 22) Di ayat yang lain Allah Swt. berfirman: وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَٱتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَٰهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبْرَٰهِيمَ خَلِيلًا “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan….” (Q.S. An-Nisa: 125) Yang dimaksud dengan “menyerahkan diri kepada Allah” di dua ayat di atas adalah mengikhlaskan niat dan amal perbuatan hanya karena Allah semata. Sedangkan yang yang dimaksud dengan “mengerjakan kebaikan” di dalam ayat itu ialah mengerjakan kebaikan dengan serius dan sesuai dengan sunnah Rasulullah saw. Fudhail bin Iyadh pernah memberi komentar tentang ayat 2 surat Al-Mulk, “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, supaya Allah menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” Menurutnya, maksud “yang lebih baik amalnya” adalah amal yang didasari keikhlasan dan sesuai dengan sunnah Nabi saw. Seseorang bertanya kepadanya, “Apa yang dimaksud dengan amal yang ikhlas dan benar itu?” Fudhail menjawab, “Sesungguhnya amal yang dilandasi keikhlasan tetapi tidak benar, tidak diterima oleh Allah swt. Sebaliknya, amal yang benar tetapi tidak dilandasi keikhlasan juga tidak diterima oleh Allah swt. Amal perbuatan itu baru bisa diterima Allah jika didasari keikhlasan dan dilaksanakan dengan benar. Yang dimaksud ‘ikhlas’ adalah amal perbuatan yang dikerjakan semata-mata karena Allah, dan yang dimaksud ‘benar’ adalah amal perbuatan itu sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.” Setelah itu Fudhail bin Iyad membacakan surat Al-Kahfi ayat 110, ..... ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا “Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” Jadi, niat yang ikhlas saja belum menjamin amal kita diterima oleh Allah swt., jika dilakukan tidak sesuai dengan apa yang digariskan syariat. Begitu juga dengan perbuatan mulia, tidak diterima jika dilakukan dengan tujuan tidak mencari keridhaan Allah swt.
Wed, 21 Oct 2020 - 14min - 9 - PERNIKAHAN PUTRI SA'ID BIN AL MUSAYYIB
Sebagai gambaran bagaimana Islam memberikan kemudahan untuk menikah, berikut riwayat tentang Sa’id b. Musayyib seorang tabi’in terkemuka di Madinah yang menolak lamaran putra khalifah Abdul Malik ibn Marwan (65 – 86 H), lalu justru menikahkannya dengan seorang duda miskin bernama Abu Wada’ah.
Tue, 13 Oct 2020 - 12min - 8 - MENGHADAPI MASALAH DALAM RUMAH TANGGA
Sebaik apapun rumah tangga manusia, tentulah ada kekurangan dan hal yang tidak menyenangkan sehingga menyebabkan permasalahan. Keluarga Nabi saw saja tidak luput dari persoalan, begitu juga keluarga Ali r.a dan Fathimah r.a juga pernah bertengkar. Imam Bukhari menceritakan bahwa Rasulullah pernah bertengkar dengan Aisyah. Untuk menyelesaikan masalah tersebut diundanglah Abu Bakar sebagai penengah. Ketika Abu Bakar datang, Rasulullah bertanya kepada Aisyah, “Engkau atau aku yang bicara?” Aisyah pun menjawab, “Engkau saja yang bicara, namun jangan mengatakan sesuatu kecuali yang benar.” Mendengar ini, Abu Bakar langsung menamparnya, dan berkata, “Akankah Beliau mengatakan selain yang benar, hai musuh dirinya sendiri?” Lalu Aisyah berlindung kepada Rasulullah saw, kemudian Nabi saw berkata kepada Abu Bakar, “Sesungguhnya kami tidak mengundangmu untuk melakukan ini, dan kami pun tidak menginginkan engkau melakukan ini.” Suatu ketika Rasulullah saw datang ke rumah Fatimah r.a, namun beliau tidak menjumpai Ali r.a di rumahnya. Maka beliau bertanya; ‘Di manakah anak pamanmu? ‘ Fatimah menjawab; ‘Sebenarnya antara saya dan dia ada permasalahan, malah dia memarahiku. Setelah itu, ia keluar dan enggan beristirahat siang di sini.’ Lalu Rasulullah saw bersabda kepada seseorang; ‘Lihatlah (carilah), di manakah dia berada! ‘ Tidak lama kemudian, orang tersebut datang dan berkata; ‘Wahai Rasulullah, sekarang dia tengah tidur di masjid.’ Setelah itu Rasulullah saw mendatangi Ali r.a ketika ia sedang berbaring, sementara kain selendangnya jatuh dari lambungnya hingga banyak debu yang menempel (di badannya). Kemudian Rasulullah mengusapnya seraya bersabda: قُمْ أَبَا تُرَابٍ قُمْ أَبَا تُرَابٍ ‘Bangunlah hai Abu Turab! Bangunlah hai Abu Turab! ‘ (HR. al Bukhari) وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (QS. An-Nisa :19) Berkaitan dengan ayat ini, Imam al Qurthubi menyatakan: (فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ) أَيْ لِدَمَامَةٍ أَوْ سُوءِ خُلُقٍ مِنْ غَيْرِ ارْتِكَابِ فَاحِشَةٍ أَوْ نُشُوزٍ، فَهَذَا يُنْدَبُ فِيهِ إِلَى الِاحْتِمَالِ، فَعَسَى أن يول الْأَمْرُ إِلَى أَنْ يَرْزُقَ اللَّهُ مِنْهَا أَوْلَادًا صالحين (bila kamu tidak menyukai mereka) yakni karena keburukan rupa atau keburukan perangai namun tidak melakukan kekejian (zina) atau kedurhakaan (nusyuz), dalam hal ini dianjurkan bersabar, karena bisa saja hal itu menjadi awal Allah memberinya rizki dari istri tersebut berupa anak-anak yang shalih. Namun demikian, bila yang terjadi adalah tanda-tanda awal kedurhakaan (nusyuz) maka solusinya seperti yang disampaikan Allah: وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًاۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا “…Wanita-wanita yang kalian khawatirkan nusyûz-nya, maka nasihatilah mereka, tinggalkanlah mereka dari tempat tidurnya, dan pukullah mereka (dengan pukulan yang tidak membekas). Jika mereka menaati kalian maka janganlah kalian mencari-cari alasan untuk menghukum mereka…” (QS. an-Nisa: 34).
Tue, 13 Oct 2020 - 07min - 7 - ZAINAB BINTI KHUZAIMAH, Sang Ummul Masaakin
Ibunda kita, Zainab binti Khuzaimah ra., sangat menyayangi kaum fakir dan miskin sejak masih hidup di masa Jahiliah. Setelah masuk Islam, kasih sayang dan kepeduliannya kepada kaum papa itu semakin bertambah kuat. Apalagi setelah dipersunting oleh Nabi Saw., sifat ini semakin bertambah kuat lagi. Ini karena setiap saat, ia menyaksikan langsung kasih sayang yang memancar deras dari hati Rasulullah Saw.. Beliau selalu menekankan kepada segenap kaum muslimin agar bersedekah kepada orang-orang fakir dan miskin, dan terus menganjurkannya hingga mencapai tahap itsar (mendahulukan kebutuhan orang lain daripada kebutuhan sendiri). Abu Hurairah ra, meriwayatkan bahwa Nabi Saw. bersabda, “Ketika manusia menyongsong waktu pagi pada setiap hari, dua malaikat turun. Salah seorang malaikat berkata, ‘Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak. Sedangkan malaikat yang lain berkata, ‘Ya Allah, berilah kebinasaan kepada orang yang enggan berinfak (bakhil).'” (Muttafaq ‘alaih) Dalam rentang waktu yang sangat singkat bersama Nabi Saw., Zainab menyibukkan dirinya dengan banyak beribadah, puasa, dan salat malam. Memang, ia mendampingi beliau dalam waktu yang sangat singkat, karena hanya beberapa bulan setelah pernikahannya, ajal telah menjemput ibunda kita, Zainab ra., sehingga merupakan istri Nabi Saw. yang pertama kali meninggal dunia di Madinah.
Tue, 13 Oct 2020 - 09min - 6 - BERTOBATLAH Sebelum Masa Itu Tiba
“Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan bersegeralah menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” Demikian firman Allah SWT dalam QS Ali Imran ayat 133. Melalui ayat ini Allah SWT menyuruh kita untuk bergegas, tidak menunda, apalagi mengabaikan kesempatan dunia ini untuk meraih apa yang sejatinya paling kita butuhkan, yakni ampunan dan surga-Nya Allah Ta’ala. Bahkan Allah menggambarkan bahwa surga adalah sebaik-baik tujuan karena keagungannya jauh melebihi apa yang ada di dunia atau apa yang kita inginkan. Sehingga menjadikan yang lain sebagai tujuan, tak bisa dibandingkan dengan surga yang telah Allah sediakan bagi hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Luasnya, keindahannya, kenikmatannya dan kekekalannya, tak ada duanya. Sayangnya hari ini, kebanyakan manusia justru kehilangan kecerdasan mereka. Memilih yang fana daripada yang kekal. Lebih suka yang sedikit daripada yang banyak tak berkesudahan. Mereka lalai atau tersimpangkan dari jalan kebenaran. Urusan dunia begitu menyilaukan mata. Hingga mereka lupa akan sempitnya kesempatan hidup di dunia dan lupa akan balasan yang akan diperoleh dari setiap perbuatannya. Ai antara mereka ada yang dengan sombong dan bangga melakukan penentangan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Meniru sifat Fir’aun dan Namrud, melakukan perlawanan terhadap syariat-Nya, dan menempatkan diri sebagai pembuat syariat. Seolah-olah, segala nikmat yang mereka dapat, termasuk kesempurnaan jasad, rezeki yang berlimpah, napas yang terhembus, dan setiap detik kesempatan hidup yang ada pada mereka, semuanya mereka dapat dari kehebatan dirinya. Padahal berkali-kali Allah ingatkan dalam firman-Nya, bahwa dunia ini hanya sementara dan apa yang terjadi di dalamnya hanyalah permainan semata. Siapa pun bisa melihat fakta, kematian itu nyata, tak ada yang mampu menolaknya seberapa pun hebat kekuasaannya. Sungguh Allah Ta’ala begitu Maha Pengasih dan Maha Pengampun. Tatkala manusia lalai bahkan tersesat, Allah siap membersihkan hamba-Nya dengan membukakan pintu tobat. Bahkan pintu itu selalu terbuka sebelum kematian seseorang tiba. Allah pun bergembira menerima tobat hamba-Nya, padahal tobat itu tentu bukan untuk-Nya. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda, “اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ وَقَدْ أَضَلَّهُ فِي أَرْضِ فَلَاةٍ” “Allah SWT lebih gembira dengan tobat hamba-Nya, melebihi salah seorang dari kalian yang mendapatkan hewan tunggangannya yang telah hilang di padang yang luas.” (HR Bukhari dari Hudbah, dari Hammam, dari Qatadah dan dari Anas ra.) Bisa dibayangkan, bagaimana gembiranya seseorang yang kehilangan tunggangan di padang yang luas? Di tengah terik matahari dan keputusasaan yang mendera, tiba-tiba harapan keselamatan itu datang di hadapan mata. Tentu tak tergambarkan dengan kata-kata. Tak tercatat banyaknya dosa yang telah kita perbuat. Termasuk dosa hidup tanpa syariat. Maka, bagaimanakah kita bisa tegak berdiri kelak, di hadapan keagungan pengadilan Allah yang Maha Menghisab, jika hari ini kita tidak segera bertobat? Sungguh tak ada sebaik-baik tobat selain segera menyadari kesalahan, memohon selaksa ampunan dan menebus kelalaian dengan segera melaksanakan ketaatan. Caranya adalah dengan berupaya sekuat tenaga melaksanakan seluruh aturan Allah dalam urusan individu, keluarga, masyarakat, dan negara. Dan jika hari ini belum semua mewujud, maka bukti tobat kita adalah dengan cara sungguh-sungguh berjuang agar seluruh syariat Allah tegak dalam seluruh aspek kehidupan. Meskipun untuk itu kita harus siap berkorban harta, tenaga, waktu, bahkan nyawa.
Sun, 11 Oct 2020 - 06min - 5 - KHAULAH binti Malik bin Tsa'labah ra.
Khaulah binti Malik bin Tsa’labah ra. adalah seorang perempuan yang fasih bicara dan indah bahasanya. Khaulah selalu dekat dengan Allah, imannya senantiasa kukuh dan kuat di keadaan segenting apa pun. Hal ini berdampak besar dalam keteguhannya berhukum kepada aturan-aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia selalu bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang sesuatu ataupun perbuatan yang tidak diketahuinya. Ia tidak segan-segan mengingatkan siapa pun, termasuk amirul mukminin, jika menurut pemahamannya hal itu tidak sesuai dengan Islam. Di masa Rasulullah Saw., Khaulah pernah mengadukan kepada Rasulullah Saw. masalah perlakuan suaminya yang menzihar dirinya. Hal ini bukanlah karena benci kepada suaminya, tetapi ia ingin mengetahui kejelasan hukum tentang persoalan yang dihadapinya. Ia khawatir dirinya dan suami yang dicintainya akan melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya. Berkenaan dengan hal ini, turunlah QS Al-Mujadilah ayat 1-4 sebagai jawaban yang sangat melegakan hati Khaulah. Ayat Alquran Turun untuk Khaulah Diceritakan, Khaulah adalah istri dari Aus bin Shamit, seorang lelaki tua yang suka menghardik dan kurang baik perilakunya. Suatu hari, Aus marah kepada Khaulah seraya berkata, “Ya Khaulah, engkau bagiku bagaikan punggung ibuku!” Aus kemudian keluar dan duduk di dalam perkumpulan kaum untuk beberapa waktu lamanya. Lalu Aus datang kembali pada Khaulah, serta menghendaki dirinya. Kepadanya Khaulah katakan, “Jangan engkau lakukan hal itu, Demi Tuhan yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, engkau tidak dapat lagi berbuat begitu (jimak) denganku, karena engkau telah mengucapkan apa yang baru engkau ucapkan, hingga Allah dan Rasul-Nya memberi keputusan antara kita.” Di zaman jahiliah dulu, apabila seorang suami mengatakan hal tersebut kepada istrinya, maka istrinya pada waktu itu menjadi haram baginya. Maka, Khaulah pun pergi menghadap Rasulullah Saw. dan menceritakan apa yang baru saja terjadi atas dirinya. Khaulah adukan pula keburukan akhlak suaminya kepada beliau. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, “Ya Khaulah, anak pamanmu itu sudah tua, maka takutlah engkau kepada Allah.” Lalu ia (Khaulah) mengatakan, “Demi Zat yang menurunkan kitab kepadamu, ia tidak menyebutkan talak. Ya Allah, sesungguhnya aku mengadu kepada-Mu beratnya musibah yang menimpaku dan alangkah berat bagiku berpisah dari suamiku. Ya Allah, turunkanlah melalui lisan Nabi-Mu keterangan-keterangan yang dapat menghilangkan kesulitan kami ini. Sejak peristiwa itu, demi Allah, aku terus-menerus menunggu hingga Allah menurunkan Ayat Alquran yang membicarakan masalahku dengan Aus bin Shamit.” Lalu Rasulullah Saw. mengisolasi diri sebagaimana biasa, hingga kemudian keluar dengan wajah ceria, seraya bersabda, “Ya Khaulah, Allah telah menurunkan ayat Alquran mengenai masalahmu dengan suamimu.” Sesaat kemudian Rasulullah membacakan Quran Surat Al Mujadilah ayat 1-4
Sun, 11 Oct 2020 - 13min - 4 - HIJRAH BERSAMA
Hijrah secara bahasa adalah berpindah dari sesuatu ke sesuatu yang lain atau meninggalkan sesuatu menuju sesuatu yang lain. Jadi Hijrah Itu identik dengan perubahan. Tentu perubahan ke arah yang baik.
Sun, 11 Oct 2020 - 14min - 3 - NILAI KETAATAN ISTRI KEPADA SUAMI
Suatu ketika Rasulullah Saw. melihat Fatimah r.a, puteri tercintanya itu sedang menggiling gandum sambil menangis. Rasulullah pun menghampirinya, seraya bertanya mengapa dia menggiling gandum sambil menangis. Dengan terbata-bata, Fatimah menuturkan kepada ayahandanya, bahwa pekerjaan menggiling gandum dan semua pekerjaan rumah tangga yang dilakukannya setiap hari membuat dirinya bosan. Makanyanya ia menangis. Mendengar cerita puteri kesayangannya itu Nabi Saw. pun segera mengambil penggilingan gandum tersebut sambil mengucapkan Bismillah. Ajaibnya, atas izin Allah SWT tiba-tiba penggilingan gandum itu berputar sendiri. Lalu terdengar dari penggilingan yang terbuat dari batu itu bertasbih sambil menggiling gandum yang dilemparkan Rasulullah Saw. Tak begitu lama penggilingan itu berputar, Rasulullah Saw. memintanya berhenti. Atas izin Allah SWT seketika penggilingan itu pun berhenti sendiri. Allahu akbar! Nabi Saw. pun menoleh ke arah Fatimah, puteri tercintanya itu seraya bersabda, “Jika Allah menghendaki, penggilingan itu akan berputar sendiri untuk puteri-Ku. Tapi itu terjadi karena Allah menghendaki beberapa kebaikan yang ditulis dan beberapa kesalahan yang dihapuskan dari Fatimah dan dinaikkan-Nya untuk puteri Nabi itu beberapa derajat lebih tinggi.” Nabi Saw. pun tak lupa menyelipkan nasehat kepada putrinya, Fatimah, dengan menjelaskan beberapa kebaikan (pahala) yang bakal diperoleh setiap wanita (istri), jika dia ikhlas dengan penuh kesabaran menjalankan tugas dan tanggung jawab kehidupan rumah tangganya. Nabi mengingatkan, “Jika seorang wanita melayani suaminya sehari semalam dengan baik, tulus, ikhlas serta dengan hati yang benar, Allah akan mengampuni segala dosanya dan akan dicatat untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya dengan seribu kebaikan dan dikaruniakan seribu pahala haji dan umrah.” (Hr. Abu Daud) Rasulullah Saw. bersabda kembali, “Ketika seorang suami pulang ke rumah, kemudian istri menyambutnya dengan senyuman, dan bersegera mengulurkan tangannya untuk mengambil tangan suaminya, maka dosa-dosa mereka berdua serta merta berguguran sebelum kedua tangan mereka dilepaskan.” (HR. Abu Daud)
Wed, 07 Oct 2020 - 08min - 2 - KISAH INSPIRATIF RAMLAH BINTI ABU SUFYAN (UMMU HABIBAH) RA
KISAH INSPIRATIF – Kali ini, kita akan menemui seorang sahabat wanita agung yang ikut hijrah ke Habasyah demi menyelamatkan agamanya. Ketika suaminya murtad di negeri asing itu, ia menerimanya dengan sabar dan ikhlas. la bercerai dengan suaminya yang telah berbeda agama itu dan tetap mempertahankan agamanya dengan teguh, walaupun harus hidup di tengah negeri yang asing dan tanpa keluarga. Keteguhan dan kesabaran itulah yang mengantarkan anugerah Allah yang tidak terhingga, karena tidak lama kemudian, Rasulullah saw. mengirim seorang utusan untuk meminang dan menikahinya ketika ia masih berada di negeri Habsyah. Nama lengkapnya adalah Ramlah binti Abu Sufyan bin Harb. Abu Sufyan yang pada masa itu masih menjadi tokoh musyrik dan menghabiskan waktu sekian lama dalam kemusyrikannya. Dengan demikian, ia masih terhitung sepupu Nabi saw., sehingga tidak ada seorang pun dari istri-istri beliau yang lebih dekat garis keturunannya dengan beliau. Tidak ada pula yang lebih banyak menerima mahar darinya, dan dialah satu-satunya istri beliau yang dinikahi di tempat yang terpisah. Rasulullah Saw, melangsungkan akad nikah dengannya ketika ia masih berada di Habasyah, sehingga wajar jika yang memberi maharnya adalah Raja Habasyah, An-Najasyi, sebanyak 400 Dinar, ditambah dengan perlengkapan-perlengkapan lainnya. Abu Sufyan adalah seorang tokoh besar Quraisy. la sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa suatu saat ada orang yang akan menyalahi kehendaknya atau keluar dari otoritasnya. Akan tetapi, justru putrinya yang ikut berhijrah ke Habasyah dan menjadi seorang muslim. Sejak para Sahabat dan Sahabiyah berhijrah ke negeri Habasyah dan berhasil mendapatkan perlindungan dari An-Najasyi, Ramlah binti Abu Sufyan bin Harb (Ummu Habibah ra.) mengira bahwa ia akan memulai kehidupan yang bahagia dan nyaman. Ia tidak pernah mengira akan mendapat ujian yang sangat berat dan pahit. Suaminya yang bernama Ubaidullah, murtad dari Islam dan memeluk agama Nasrani. Ia pun akhirnya bercerai dengan suaminya itu. Ummu Habibah ra. memilih untuk melanjutkan kehidupannya sebagai seorang muslim meskipun harus melaluinya tanpa seorang suami di sisinya. Ia merenungkan perjalanan kehidupannya. Kesedihan melingkupinya. Ia tidak dapat kembali ke Makkah karena ayahnya masih musyrik, tapi juga tidak bisa bertahan selamanya di negeri asing itu. Di masa kesedihannya itu, tiba-tiba titik terang kebahagiaan menyeruak dan memberi kehangatan kembali kepadanya, karena membawa kabar gembira paling indah di seluruh alam raya. Kabar gembira itu lebih berharga daripada pundi-pundi kekayaan yang tersimpan di perut bumi dan gelimang materi yang menghiasinya. Baca juga: Hindun binti ‘Utbah ra., Hati yang Luluh di Jalan Allah Seorang pelayan wanita An-Najasyi menemui Ummu Habibah ra. dan menyampaikan kabar gembira bahwa Rasulullah saw. telah meminangnya. Ummu Habibah ra. tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya, sehingga air mata pun bercucuran di pipinya. la menangis sembari tersenyum karena merasa bahagia yang tiada tara. la memuji Allah ‘Azza uwa Jalla atas anugerah nikmat yang telah dilimpahkan kepadanya. An-Najasyi segera menyambut dan memimpin langsung pernikahan tersebut sebagai wakil dari Rasulullah saw., karena Rasulullah saw. telah mengirimkan surat kepada raja Habasyah itu untuk mewakili pernikahan beliau dengan Ummu Habibah ra. Seluruh sahabat Rasulullah saw. yang saat itu tinggal di Habasyah berkumpul untuk menyaksikan pernikahan. Peristiwa itu merupakan sebuah kejutan yang tidak terbayang oleh sahabat mana pun. Ummu Habibah ra. menerima mahar (maskawin) pernikahan sebanyak 4000 dirham, bahkan tidak hanya itu, An-Najasyi menanggung biaya dan perbekalannya.
Wed, 07 Oct 2020 - 06min - 1 - Teras Hijrah (Trailer)Wed, 07 Oct 2020 - 00min
Podcasts ähnlich wie Teras Hijrah
- Global News Podcast BBC World Service
- El Partidazo de COPE COPE
- Herrera en COPE COPE
- The Dan Bongino Show Cumulus Podcast Network | Dan Bongino
- Es la Mañana de Federico esRadio
- La Noche de Dieter esRadio
- Hondelatte Raconte - Christophe Hondelatte Europe 1
- Dateline NBC NBC News
- 財經一路發 News98
- La rosa de los vientos OndaCero
- Más de uno OndaCero
- La Zanzara Radio 24
- L'Heure Du Crime RTL
- El Larguero SER Podcast
- Nadie Sabe Nada SER Podcast
- SER Historia SER Podcast
- Todo Concostrina SER Podcast
- 安住紳一郎の日曜天国 TBS RADIO
- TED Talks Daily TED
- アンガールズのジャンピン[オールナイトニッポンPODCAST] ニッポン放送
- 辛坊治郎 ズーム そこまで言うか! ニッポン放送
- 飯田浩司のOK! Cozy up! Podcast ニッポン放送
- 吳淡如人生實用商學院 吳淡如
- 武田鉄矢・今朝の三枚おろし 文化放送PodcastQR