Filtra per genere

Radio Rodja 756 AM

Radio Rodja 756 AM

Radio Rodja 756AM

Menebar Cahaya Sunnah

3843 - Memberi Perhatian dan Memahami Remaja
0:00 / 0:00
1x
  • 3843 - Memberi Perhatian dan Memahami Remaja

    Memberi Perhatian dan Memahami Remaja merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 14 Syawal 1445 H / 23 April 2024 M.







    Kajian Tentang Memberi Perhatian dan Memahami Remaja



    Salah satu di antara kiat untuk meyakinkan anak remaja sehingga dia percaya kata-kata kita dan berusaha untuk menerimanya, adalah memberikan kesan bahwa kita memperhatikan dan berusaha untuk memahami mereka. Ketika berdialog atau berbicara dengannya, jangan sibuk dengan pembicaraan lain yang terkesan tidak nyambung dengan inti pembicaraan, atau dengan hal lain seperti bermain ponsel sehingga terkesan kita memandang remeh pembicaraan tersebut. Tentunya ini terkesan merendahkan lawan bicara kita.



    Maka berikan perhatian dan berusaha untuk memahami mereka, seperti yang sudah kita jelaskan berulang kali. Dialog itu dua arah. Jangan biarkan dia terus bicara, dan jangan biarkan juga kita yang terus bicara. Harus ada dialog dua arah. Dia bicara, kita mendengar; kita bicara, dia mendengar; itu menjadi penting untuk menunjukkan perhatian kita kepadanya, bahwa kita berusaha untuk memahaminya. Sebaliknya, juga kita juga ingin dia memahami dan mengerti kata-kata kita.



    Kemudian, berikutnya adalah jangan memberikan kesan intimidasi, memojokkan mereka, atau menghakimi. Atau, kita menerka niatnya seolah-olah kita tahu apa yang ada di dalam hatinya. Itu banyak dilakukan oleh para orang tua; kamu begini kan, begitu kan, seolah-olah menghakimi hatinya, sesuatu yang tidak ada orang lain tahu apa isi hati manusia, termasuk hati anak kita.



    Bagaimanapun kita dekatnya dengan seseorang, kita tidak boleh menghakimi hatinya, karena urusan hati antara yang bersangkutan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Walaupun itu anak kita sendiri, tidak boleh kita menghukumi manusia atas dasar apa yang ada di dalam hatinya, karena itu urusan antara dia dan Allah Subhanahu wa Ta’ala.



    Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.



    Download mp3 Kajian













    Mari turut membagikan link download kajian “Memberi Perhatian dan Memahami Remaja” ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Jazakumullahu Khairan.


    Thu, 25 Apr 2024 - 50min
  • 3842 - Hati Menjadi Baik dengan Al-Qur’an

    Hati Menjadi Baik dengan Al-Qur’an adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Hadits-Hadits Perbaikan Hati. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada Senin, 13 Syawal 1445 H / 22 April 2024 M.







    Kajian Islam Ilmiah Tentang Hati Menjadi Baik dengan Al-Qur’an



    Dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata, bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,



    إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنْ النَّاسِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ



    “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai keluarga-keluarga dari kalangan manusia. Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapa mereka?’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, ‘Mereka adalah Ahlul Quran, keluarga Allah dan orang-orang yang dekat denganNya.'” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Ibnu Majah)



    Juga dari sahabat Utsman Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,



    خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ



    “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)



    Dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,



    لا حَسَدَ إلَّا في اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ القُرْآنَ، فَهو يَتْلُوهُ آناءَ اللَّيْلِ، وآناءَ النَّهارِ، فَسَمِعَهُ جارٌ له، فقالَ: لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ ما أُوتِيَ فُلانٌ، فَعَمِلْتُ مِثْلَ ما يَعْمَلُ، ورَجُلٌ آتاهُ اللَّهُ مالًا فَهو يُهْلِكُهُ في الحَقِّ، فقالَ رَجُلٌ: لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ ما أُوتِيَ فُلانٌ، فَعَمِلْتُ مِثْلَ ما يَعْمَلُ.



    “Tidak boleh hasad kecuali pada dua perkara; kepada seorang yang diajarkan oleh Allah Al-Qur’an kemudian ia membacanya siang dan malam, maka tetangganya mendengar, ia pun mengatakan, ‘Seandainya aku diberikan seperti apa yang diberikan oleh fulan, maka aku akan beramal seperti dia beramal.’ Dan kepada orang yang diberikan harta, dan dia menghabiskannya di jalan kebaikan. Maka ada yang berkata, ‘Seandainya aku diberikan seperti apa yang diberikan fulan, maka aku akan beramal seperti apa yang ia kerjakan.'” (HR. Bukhari)



    Dari sahabat Abu Musa Al-Asyari Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,



    مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ مَثَلُ الأُتْرُجَّةِ : رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ



    “Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an seperti buah utrujjah yang baunya enak dan rasanya enak. Dan permisalan mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti kurma yang tidak ada baunya tapi rasanya manis. Permisalan orang munafik yang membaca Al-Qur’an seperti buah raihanah, baunya enak tapi rasanya pahit. Dan permisalan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah handzalah yang tidak ada baunya dan rasanya pahit.” (HR. Bukhari dan Muslim)



    Lihat juga:
    Thu, 25 Apr 2024 - 41min
  • 3841 - Bab Merasa Sial dengan Jin

    Bab Merasa Sial dengan Jin adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Al-Adabul Mufrad. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. pada Senin, 13 Syawal 1445 H / 22 April 2024 M.







    Kajian Islam Tentang Bab Merasa Sial dengan Jin



    Kajian kita sampai ke bab tentang perasaan sial atau takut atau kecemasan dari jin. Sebelumnya, kita bicara bahwa ternyata diantara sifat orang-orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab adalah tidak percaya dengan kesialan, tidak percaya dengan angka-angka yang akan menyebabkan sial mereka, tidak percaya dengan hari sial, tidak percaya dengan suara-suara yang menurut pandangan sebagian manusia itu tanda kesialan, tidak percaya dengan bentuk dan model yang dianggap oleh sebagian manusia sebagai penyebab kesialan.



    Di sini Al-Imam Bukhari menyebutkan bab merasa sial dengan jin. Ada sebagian orang yang takut sama jin, seperti takut diganggu jin, takut anak-anaknya diganggu sama jin, sehingga dia membayangkan hal-hal yang tidak seharusnya, dia hidup yang hari-harinya penuh dengan perasaan sial.



    Di sini ada sebuah hadits yang dalam sanadnya ada kelemahan. Ini adalah riwayat tentang Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, istri Nabi, ibunda orang-orang yang beriman. Bahwa, biasanya orang-orang di kota Madinah kalau punya anak baru lahir dibawa ke tempatnya Aisyah (dulu mereka bawa ke Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam), maka Aisyah mendoakan berkah untuk anak-anak tersebut. Pada suatu saat, dibawalah seorang bayi kepada Aisyah Radhiyallahu ‘Anha.



    Terkadang, bayi itu digendongnya di atas bantal, karena baru lahir. Kemudian Aisyah ingin meletakkan bantalnya dan ingin menggendong anaknya saja. Ketika diangkat kepala bayi itu, ternyata di bawah kepalanya ada silet. Maka Aisyah bertanya, “Kenapa diletakkan silet di sini?”



    Tradisi dan budaya nenek moyang terkadang sulit untuk dihilangkan, sehingga diyakini oleh sebagian orang sebagai syariat. Kalau tradisi dan budaya yang biasa dikerjakan oleh masyarakat tersebut tidak bertentangan dengan syariat dan bukan bentuk ibadah, maka boleh-boleh saja. Tapi kalau sudah bertentangan dengan agama, walaupun sudah jadi budaya dan tradisi, maka seharusnya ditinggalkan. Karena kalau tidak ditinggalkan, maka agama orang akan berbeda-beda di setiap daerah.



    Islam bukan agama yang menentang tradisi dan budaya. Apabila tradisi dan budaya tersebut tidak bertentangan dengan agama, maka silakan dikerjakan dan dilaksanakan.



    Aisyah bertanya tentang silet tersebut. Ini pentingnya bertanya sebelum mengingkari. Sehingga kemudian mereka menjelaskan, “Silet ini sebagai bentuk penjagaan dari jin supaya tidak diganggu jin.”



    Jin itu ada dan mengganggu, ini betul. Oleh karena itu di Surah Al-Jin Allah sebutkan tentang bagaimana sebagian manusia yang meminta pertolongan dan perlindungan kepada Jin. Allah mengatakan,



    وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا



    “Dan bahwasanya ada sebagian dari manusia-manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jinn[72]: 6)



    Jin membuat orang itu semakin kecapekan, kelelahan dan ketakutan. Orang-orang itu selalu cemas. Maka Aisyah mengambil silet itu, kemudian dilemparkan.
    Wed, 24 Apr 2024 - 1h 01min
  • 3840 - Taubat dan Istighfar Sebab Kebahagiaan Hamba di Dunia dan Akhirat

    Taubat dan Istighfar Sebab Kebahagiaan Hamba di Dunia dan Akhirat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 13 Syawal 1445 H / 22 April 2024 M.



    Kajian sebelumnya: Dakwah Nabi Hud kepada Tauhid







    Kajian Tentang Taubat dan Istighfar Sebab Kebahagiaan Hamba di Dunia dan Akhirat



    Taubat dan istighfar merupakan sebab kebahagiaan seorang hamba di dunia dan di akhirat. Jadi, kalau kita ingin bahagia, perhatikan taubat dan istighfar.



    Taubat dan istighfar ini pintu semua kebaikan. Kita lihat, Nabi Hud berdakwah kepada kaumnya, di antaranya dakwah agar mereka bertaubat dan beristighfar kepada Allah. Antum bisa lihat surat Hud ayat 52,



    وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ



    “Wahai kaumku, beristighfarlah kepada Rabbmu, kemudian bertaubatlah kepadaNya. Niscaya Dia menurunkan air hujan kepada kalian dengan deras, kemudian menambahkan kekuatan di atas kekuatan kalian, dan janganlah kalian berpaling menjadi orang-orang yang berdosa.” (QS. Hud[11]: 52)



    Di ayat ini, Allah menakan rahasia ingin mendapatkan kekuatan adalah dengan istighfar. Kalau kita ingin kuat, banyak istighfar. Dan bagusnya istighfar adalah di waktu sahur.



    Orang yang gemar istighfar dijanjikan surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,



    وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ



    “Dan diwaktu sahur mereka gemar beristighfar.” (QS. Az-Zariyat[51]: 18)



    Istighfar juga mendatangkan banyak kebaikan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,



    فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ‎﴿١٠﴾‏ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا ‎﴿١١﴾‏ وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارًا ‎﴿١٢﴾



    “Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh[71]: 10-12)



    Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,



    وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعًا حَسَنًا إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ ۖ وَإِن تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ ‎﴿٣﴾‏



    “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepadaNya. Niscaya Dia akan memberi kesenangan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa adzab pada hari yang besar.” (QS. Hud[11]: )



    Syaikh berkata bahwa siapa yang ingin harta,
    Wed, 24 Apr 2024 - 50min
  • 3839 - Shalat Ketika Safar

    Shalat Ketika Safar ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Kitab Shahihu Fiqhis Sunnah wa Adillatuhu yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Musyaffa Ad-Dariny, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 13 Syawal 1445 H / 22 April 2024 M.







    Download kajian sebelumnya: Kapan Melakukan Sujud Sahwi?



    Kajian Tentang Shalat Ketika Safar



    Safar yang dimaksud dalam kajian ini adalah keluarnya seseorang dari daerahnya menuju ke tempat tertentu, yang perjalanan ini mencapai jarak tertentu yang jaraknya diperselisihkan oleh para ulama berapa jauhnya perjalanan itu.



    Ketika seseorang melakukan Safar, maka disyariatkan baginya untuk mengambil keringanan qashar. Qashar adalah dengan dijadikannya shalat yang asalnya empat rakaat (dzuhur, ashar, isya) menjadi dua rakaat ketika sedang Safar (perjalanan jauh), baik dalam keadaan takut atau aman.



    Para ulama sepakat bahwa qashar disyariatkan. Akan tetapi mereka memperselisihkan tentang hukum qashar, apakah dia keringanan yang wajib ataukah tidak wajib untuk diambil?



    Bagaimana penjelasan lengkapnya? Download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.



    Download mp3 Kajian











    Mari turut membagikan link download kajian tentang “Shalat Ketika Safar” penuh manfaat ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Jazakumullahu Khairan.


    Tue, 23 Apr 2024 - 51min
Mostra altri episodi